Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia, tetapi tingkat konsumsi kopi orang Indonesia sangat rendah. Sehingga Indonesia lebih dikenal dengan negara peminum teh, untuk itu perlu ada peningkatkan konsumsi kopi di Indonesia. Produksi kopi yang besar berarti disitu ada potensi untuk meningkatkan konsumsi kopi. Pengembangan inovasi kedepannya perlu dilakukan sehingga kopi dapat dinikmati semua kalangan di Indonesia. Dulu di Indonesia kopi banyak di nikmati di warkop budaya ngopi orang Indonesia memang sudah ada sejak dulu. Warkop di Indonesia dijadikan tempat berkumpul bapak-bapak pada zamannya tetapi konsumsi kopi masih belum meningkat.
Inovasi yang berkembang pada industri kopi yaitu banyaknya coffe shop, untuk menjagkau target market anak muda dan kalangan menengah ke atas. Andanu Prasetnya sebagai faunder toko kopi tuku mengatakan, Cultur ngopi di coffe shop diadaptasi dari cultur orang Melbourne. Ia mengiginkan kebiasaan tersebut dapat direalisasikannya di lingkungan sekitarnya. Keinginanya untuk berkontribusi dalam meningkatkan konsumsi kopi yang menantangnya untuk mengembangkan inovasi kopi dengan membuka coffe shop tersebut.
Perkembangan industri kopi pada tahun 2008 awalnya masing jarang kita temui coffe shop yang mempunyai mesin espresso. Jadi pilihan tempat ngopi pada zaman itu bentuknya masih warkop atau yang lebih mahal masih tempat besar seperti restaurant maupun hotel. Beranjak pada tahun 2012 banyak coffe shop yang sudah mempunyai konsep sendiri. Banyak coffe shop yang berdiri dengan skena kultur Melbourne, mereka mengunakan kopi luar negeri dan vibe yang berbeda. Yang akhirnya memberikan experience tersendiri bagi pelangan. Baik dari rasa kopi maupun ambiencenya.
Terbukti dengan adanya coffe shop ditengah perkembangan globalisasi yang semakin meluas, merubah juga kultur kebiasaan anak muda dari tahun ke tahun. Perkembangan teknologi juga perperan sangat penting dalam berkembangnya kebiasaan ngopi di coffe shop bagi milenial, banyak influencer Instagram dan tiktok yang mereka ikuti. Banyak membuat konten mereview coffe shop yang baru opening. Media sosial yang dapat menyebarkan informasi dengan cepat menambah ketertarikan milenial untuk datang dan merasakan langsung coffe shop tersebut. Faktor berikutnya kenapa milenial suka pergi ke coffe shop adalah sebagai media mengekspresikan diri untuk sekedar menjadi story ataupun postingan di media sosialnya.
Menurut data International Coffe Organization (ICO), Konsumsi kopi di Indonesia pada tahun 2012 hanya mencapai 2 jt kantong berukuran 60 kg. Pada periode 2020/2021 konsumsi kopi Indonesia meningkat hingga mencapai 5 Juta kantong berukuran 60 kg. Salah satyu coffe shop di malang yaitu Robucca coffe shop ini dalam sehari bisa medapatkan omset 10jt dalam sehari. Dengan total penjualan kopi 200-300 cup/hari, sangat fantastis bukan perkembangan industri kopi di Indonesia
Ngopi tidak hanya sebagai cara orang untuk menikmatinya, tetapi ngopi sudah menjadi kebiasaan semua kalangan pada setiap harinya. Cultur ngopi di Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara lain, kebiasaan ngopi anak muda di Indonesia contohnya. Mereka bisa duduk berlama-lama di sebuah coffe shop dengan teman-teman mereka tanpa ada keperluan khusus. Sehingga ngopi banyak dilakukan oleh anak muda pada zamn sekarang hanya untuk sekedar menjadi story mereka di Instagram pribadinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H