Kau bisa menebak siapa yang duluan selesai kuliah diantara kami?
Ternyata Agung yang menyentuh garis finish duluan, bersama Jaya tentu saja. Kemudian Denson. Lalu Hadi, Febri dan aku. Astaga aku?
Masih ingat dosenku? Ya Bpk. Alex Surapati, beliau sedikit lebih terheran daripada aku.
“si Kholinda itu wisuda ya?”
Mungkin dalam hati Pak Alex yang sebenarnya
“Apa iya? Saya kira bakalan lama dia kuliah”
Jangan menerka-nerka masa depan hanya dari satu sudut pandang, jangan menilai kemampuan seseorang hanya dari bertatap muka, tanpa saling mengenal semua bidang kemampuan itu sendiri. Memang aku akui, prestasi akademikku selama kuliah tidak ada samasekali. Angka indeks prestasi tidak pernah menyentuh 3. Berbeda dengan teman-teman yang lain, semisal Ardser, Okti, atau Andi, mereka malah mendekati 4. Mereka yang lebih memahami sesuatu tentu akan punya banyak argumen yang ingin dipertahankan, terlebih jika berkaitan dengan idealisme dan keegoisan, tidak akan ada habisnya. Tetapi menyoal skripsi, tentu saja ada sedikit perbedaan bagaimana masing-masing orang menyelesaikannya. Aku yang memang dari awal sangat bermusuhan dengan Teknik Elektro dan samasekali tidak tahu ataupun mencari tau soal bidang ilmu Elekto, berusaha mati-matian agar secepat mungkin selesai. Saat berurusan dengan skripsi dan satu paket dosen penguji pembimbing, aku lebih sanggup mengeraskan hati daripada rata-rata orang normal. Karena terkadang memang ada saatnya dibutuhkan menjadi bebal dan pura-pura tidak mendengar sewaktu dicemooh. Apalagi mendengar kalimat “cari lah, cuma begitu sudah bilang tidak bisa!” atau yang paling ekstrem “kamu balik lagi ke SD sana”, obat mujarabnya ya senyum manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H