Mohon tunggu...
Afiya Khoirina
Afiya Khoirina Mohon Tunggu... Lainnya - Author

Afiya khoirina Mahasiswi, Author لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini dalam Pandemi

21 April 2020   16:36 Diperbarui: 21 April 2020   16:41 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena kita adalah saka guru peradaban juga Tarbiyatul Awlad untuk anak anak kita, pendidikan pertama dan utama. Karena kecerdasan seorang anak akan mewarisi cerdas ibunya. 

Terlebih dimasa seperti ini adalah moment yang tepat sebagai orangtua terutama ibu menjalankan peran penuh untuk mendidik anak karena sekolah hanya fasilitas yang memudahkan kita dalam memberikan pendidikan, namun kewajiban mutlak tetap berada di kita. 

Sebagai perempuan, istri, ibu  sekaligus anak kita juga bisa menjalankan peran kita masing-masing dalam  kondisi yang serba tidak menentu seperti sekarang ini, dengan menjadi penerang, penghangat, penenang dalam  keluarga.

Untuk kita perempuan yang bisa terus berkarya dengan dirumah saja mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Namun yang menjadi masalah adalah mereka perempuan-perempuan tangguh diluar sana yang mau tidak mau harus menjadi ibu sekaligus kepala keluarga. 

Banyak sekali diluar sana perempuan yang harus terjun langsung untuk bisa mencari nafkah demi bisa mencukupi kebutuhan keluarganya walaupun dalam riuh pandemi korona. 

Tak banyak dari mereka memaksa untuk tetap berjualan sebagai pedagang kaki lima dengan hasil yang tidak seberapa. Belum lagi dengan keadaan yang sekarang, pendapatan  mereka tergerus drastis hingga 50% dari biasanya, bahkan ada yang mengeluhkan dan menangis tidak mempunyai uang sama sekali untuk mencukupi kebutuhan mereka, terlebih untuk makan. 

Hal itupun juga dirasakan buruh wanita yang terpaksa di PHK(pemutusan hak kerja), ataupun dirumahkan tanpa digaji karena kendala utama adalah ketergantungan bahan baku dari luar, terutama dari China.

Tepat pada peringatan hari kartini ini, biasanya banyak sekali yang memeringati sebagai momentum mengenang perjuangan RA Kartini.  Namun kenyataanya masih banyak yang keliru, terkadang  masih banyak dalam momentum tersebut diselipi dengan hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai perjuangan Kartini seperti kontes kecantikan, yang kemudian pemenangnya dipilih menjadi Putri Kartini. 

Bagi pemenang tentunya memiliki peluang yang lebih luas untuk mendapatkan job-job yang menggiurkan, seperti menjadi model atau bintang sinetron misalnya. Bagi yang tidak cantik meskipun memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, jangan harap untuk dapat menjadi juara. 

 Harusnya peringatan kali ini, RA Kartini yang dinobatkan sebagai pahlawan emansipasi wanita, barangkali mewarnai semangat tim medis terkhusus  para perempuan yang menjadi garda terdepan saat ini dalam penanganan Covid 19. Merekapun bisa dinobatkan pula menjadi pahlawan kemanusiaan karena nyawa bisa mengancam mereka setiap saat. 

Tidak jarang yang gugur satu persatu karena ikut terinveksi saat menangani pasien. Seperti yang dilakukan Afit, seorang tenaga medis di Rumha sakit Umum Daerah Pasar minggu, yang terpaksa harus rela berpisah dengan anaknya yang masih bayi, dan member ASI secara tidak langsung, yakni lewat perantara suaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun