Mohon tunggu...
Humaniora

Bumi Pertiwi: “angan Pernah Melupakan”

13 Juni 2015   05:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan salah satu bagian dari bumi ini yang kaya akan sumber daya alam , indah karena keanekaragaman budaya dan ramah akan masyarakatnya. Lihatlah masa lalu Indonesia lahir atas dasar  perjuangan bangsa ini mengusir para penjajah, hal itu membuktikan bahwa negara ini terjajah oleh bangsa asing karena menginginkan kekayaannya. Bertahun – tahun bangsa ini mempertahankan dan memperjuangkan haknya. Mereka tak pernah memperdulikan nyawa dan harta namun yang ingin mereka lakukan adalah berjuang akan negara ini demi anak, cucu mereka kelak. Pembodohan yang sangat besar pada saat itu adalah dengan adaya berbagai sistem kerja paksa baik pada  masa Penjajahan Belanda (rodi) ataupun Jepang (romusha) terhadap rakyat pribumi. Tak ada kebebasan hak asasi manusia bagi mereka.

Lalu bagimanakah dengan bumi pertiwi sekarang? Di zaman yang merdeka, bebas, dan modern saat ini , apakah bangsa ini telah benar-benar merdeka ataukah masih terjajah? Mungkin jawabanya ada pada diri kita sendiri sebagai penerus bangsa.  Namun hal tersebut dapat kita gambarkan sedikit tentang keadaan bumi pertiwi saat ini.

Pendidikan adalah kunci akan kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju dan tidak terjajah merupkan cita-cita bangsa ini. Sayangnya keadaan yang kita cita-cita belum sepenuhnya terwujud. Bangsa ini seakan-akan masih terjajah namun oleh bangsa sendiri , terlihat dari pemerataan pendidikan yang masih perlu diperbaiki, fasilitas yang masih kurang, tenaga pendidik yang belum merata.  Bayangkan sekarang Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau sayangnya yang sering menjadi patokan akan pembangunan hanyalah Jakarta, banyak gedung pencakar langit dibuat, banyak sekali sekolah-sekolah dari PAUD,TK, SD,SMP,SMA, Perguruan Tinggi dengan berbagai pilihan biaya dan fasilitas. Dan hal lain yang memiriskan adalah  sering sekali orang – orang yang memiliki kuasa membuat kebijakan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Misalnya saja Penetapan Kurikulum baru yang menjadi Kontroversi, seakan- akan yang menjadi tolak ukur akan kemajuan bangsa dan pendidikan hanya dilihat dari satu sudut yaitu Jakarta. Mereka hanya menginginkan ketercapaian kebijakan tersebut tanpa melihat apa yang sebenarnya dibutuhan di Lapangan. Sedangkan Indonesia adalah negara kepulauan, masyarakat yang membutuhkan pendidikan tersebar di Pulau-pulau tersebut dan faktanya mereka sangat membutuhakan fasilitas sekolah yang baik bukan kurikulum yang baru. Ibaratnya listrik dan jarak sekolah saja masih sulit apalagi harus memikirkan menggunakan kurikulum yang berbasis mandiri, kreatif dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Pemerintah sebaiknya fokuskan pada pembenahan fasilitas dan pemerataan pendidikan untuk seluruh Indonesia. Jangan membuat kebijakan yang faktanya belum sesuai dengan bangsa ini. Selalu lakuakan evaluasi dan pengawasan akan program – progam pencerdasaan anak bangsa ini agar dapat berjalan lancar dan tujuan negara akan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud dengan baik.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun