Membahas ilmu hikmah sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal pemahaman yang mendalam, maka akan dapat mengantarkan seseorang menapak kehidupan dengan lebih baik.
Konteks hikmah yang relevan dengan pembahasan kali ini adalah terkait dengan waktu. Namun bagaimana jika mengetahui sebelum peristiwa/kejadian itu terjadi, apakah hal tersebut dapat dikatakan sebagai hikmah?
 Jika mengacu pada konteks waktu terjadi, maka mengetahui peristiwa/kejadian yang belum terjadi tidak termasuk kedalam bahasan hikmah. Sebab mengetahui peristiwa/kejadian yang belum terjadi atau "ngerti sak durunge winarah" masih dalam kapasitas belum ada kepastian artinya setiap saat bisa berubah bergantung kepada kondisi dan keadaan. Kemampuan seperti ini dapat ditempuh dengan salah satu upaya untuk selalu "niteni" setiap petunjuk/isyarah tentang kemungkinan peristiwa/kejadian yang pernah dialami disepanjang hidupnya.Â
Hikmah
Arti hikmah menurut KBBI: (1) kebijaksanaan (dari Allah): kita memohon -- dari Allah Swt.; (2) sakti; kesaktian: -- kata-kata; (3) arti atau makna yang dalam; manfaat: wejangan yang penuh --. Pengertian yang lain, dikutip dari Wikipedia adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut.[1] Sedangkan arti lain dari hikmah yaitu kemampuan akal memahami hukum-hukum syari'ah dan meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya.[2]
Seperti yang telah disinggung diawal tulisan, bahwa arti hikmah yang relevan dengan pembahasan adalah: hikmah yang berkenaan dengan waktu. Dan dengan mendasarkan pada tiga arti hikmah diatas, maka sering kita dengar dalam keseharian, bagaimana saat seseorang dihadapkan pada ujian, cobaan, atau musibah. Seperti halnya ungkapan berikut: "Ambillah hikmah atas segala sesuatu yang terjadi, itu semua sudah digariskan".
Hikmah pada konteks ungkapan tersebut adalah lebih pada meyakini keputusan (kebijaksanaan), bahwa Tuhan yang Maha Kuasa memiliki rencana yang jauh lebih bagus dan mengetahui waktu yang terbaik.
Literasi
Membahas makna literasi seperti tidak ada habisnya. Apalagi jika mengenai bahasan makna, maka dapat dipastikan setiap orang akan memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Oleh karenanya literasi yang dimaksud adalah lebih pada kemampuan membaca makna yang tersirat atas tulisan, pembicaraan, peristiwa, dan alam semesta.
Makna yang tersirat adalah maksud atau makna pembicaraan atau tulisan yang tidak disampaikan secara gamblang tetapi secara tersembunyi yang hanya dapat dimengerti dengan memahami keseluruhan pembicaraan atau tulisan.
 Memahami makna yang tersirat, memiliki spektrum yang luas dan mendalam. Setiap orang akan dapat mengambil hikmah yang berbeda-beda atas satu peristiwa yang sama. Hal ini dimungkinkan adanya perbedaan latar belakang pengenalan, pengetahuan dan pengalaman disepanjang hidupnya.
Waktu
Pemahaman terkait dengan dimensi ruang dan waktu memang tidaklah mudah. Beberapa referensi menyatakan, bahwa ruang dan waktu sangatlah relatif. Sebagai contoh, dalam pandangan Islam satu hari di akhirat setara dengan 1000 tahun di dunia, atau satu hari di dunia setara dengan 1,5 jam akhirat.Â
Serta menurut perhitungan para astronom dan fisikawan dari NASA berdasarkan pendekatan kosmik menyimpulkan bahwa, rata-rata manusia di bumi ini hanya hidup selama  0,15 detik kosmik. Kalau dihitung berdasarkan kalender waktu yg berlaku dibumi maka kita hidup hanya berkisar  70 tahun, karena 0,15 detik  kosmik setara 70 tahun dan 1 detik kosmik sama dengan  475 tahun.[3]
Sementara itu, bagi orang yang memiliki kemampuan dalam hal menguraikan waktu, maka dalam waktu satu detik ia dapat melihat rangkaian kegiatan yang kompleks secara normal dan berurutan. Namun bisa jadi bagi sebagian yang lain, satu detik sama halnya dengan detik-detik yang lain.
Berikut ini pembahasan mengenai keterkaitan waktu dengan kemampuan berliterasi dalam menguraikan hikmah:
Saat itu juga
Hikmah yang terjadi saat itu juga atau bersamaan. Pada satu waktu, seseorang telah mengetahui maksud dan tujuan dari suatu peristiwa yang terjadi pada diri maupun lingkungannya.
Ia mampu menguraikan dengan cepat apa maksud dari suatu peristiwa yang sedang terjadi, sebab pada saat yang bersamaan masalah dan jawaban datang secara bersamaan. Itu semua dapat terjadi, manakala ia mampu menjaga keselarasan dan kebeningan hati.
Jika mendasarkan makna hikmah pada konteks waktu, maka dapat dipastikan pada titik ini konteks hikmah mencapai puncaknya atau bisa dimaknai sudah tiada lagi pembahasan mengenai hikmah. Dengan kata lain manusia tersebut sudah bertemu dengan hikmah itu sendiri.
Hal ini dimungkinkan karena dua faktor, yaitu: isi pesan dan penerima pesan. Isi pesan biasanya dalam bentuk bahasa yang langsung bisa dipahami oleh si penerima pesan. Sedangkan si penerima pesan harus senantiasa menyelaraskan dengan si pembawa pesan.
Jeda Waktu
Selanjutnya adalah saat manusia mampu mengambil hikmah dengan jeda waktu. Bisa jadi hitungan waktu yang meliputi (menit, jam, hari, minggu, bulan dan bahkan bilangan tahun). Semakin tinggi tingkat literasi, maka manusia akan mampu mengambil hikmah dengan jeda waktu yang semakin sedikit.
Momen
Terkait dengan momen adalah suatu kondisi yang tercipta saat ada kesamaan kejadian atau peristiwa yang serupa dengan memberikan dampak yang berupa ingatan beberapa waktu yang lampau. Biasanya hal inilah yang dinamakan dengan ilham, ide, dan lain sebagainya.
Referensi:
[1]id.wikipedia.org, diakses 6 Mei 2018.
[2] (www.hidayatullah.com), diakses 6 Mei 2018.
[3] (www.kompasiana.com), diakses 6 Mei 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H