Mohon tunggu...
Arya Rahmania
Arya Rahmania Mohon Tunggu... Editor - undergraduate student of International Relations Department

fake it till you make it!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muhammad Iqbal dengan Semangat Modernisme Kontemporernya

27 Oktober 2019   00:00 Diperbarui: 27 Oktober 2019   04:45 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jika berbincang tentang modernisme dan pembaharuan pemikiran Islam, nyaris seluruhnya dilatarbelakangi oleh 2 hal utama. Pertama adalah adanya kesenjangan antara Islam sebagai suatu norma/ doktrin dengan Islam sebagai suatu peradaban (kajian historisnya).

Dalam perkembangannya,  pembaharuan dalam Islam merupakan tuntutan internal dan eksternal yang telah melalui dinamika yang unik. Umumnya, pembaharuan ini dibagi menjadi 2 tahap. Pertama, upaya dan proses pembaharuan yang timbul akibat kesadaran/ tuntutan internal karena pada masa ini belum terjadi kontak langsung dengan pemikiran Barat.

Pada tahapan ini pembaharuan dilakukan dengan upaya penyadaran kepada umat islam untuk kembali kepada ajaran al-Qur'an dan as-Sunnah secara murni (Salafiyah). Adapun tokoh-tokohnya seperti Ibn Taimiyah dan Muhammad Abd Wahab. Sedangkan tahap kedua, adalah upaya pembaharuan pemikiran Islam yang selain dari tuntutan internal juga dipengaruhi oleh pemikiran Barat. Dalam hal ini, Fadlur Rahman Ar-Razi membaginya ke dalam dua fase yakni modernisme klasik dan modernisme kontemporer. 

Modernisme klasik dimulai pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang ditandai dengan perluasan cakupan ijtihad seperti hubungan antara wahyu dengan rasio/ akal, pembaharuan dalam bidang sosial, dan masih abnyak lagi. Pada masa ini, para tokoh modernisme klasik berupaya untuk menciptakan relasi yang baik antara tradisi Islam dengan Barat berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Adapun tokoh utama era ini diantaranya Sayyid ahmad Khan, Jamaluddin al-Afghani dan juga Syaikh Muhammad Abduh. 

Lalu, fase selanjutnya adalah modernisme kontemporer yang hadir sebagai reaksi dari fase sebelumnya. Di dalamnya membahas tentang pemikiran akan demokrasi, modernisme pendidikan Islam serta pandangan-pandangan tentang Islam yang mencakup segala aspek kehidupan. Gerakan ini pun muncul sebagai protes dengan tujuan untuk membedakan diri dengan Barat. Namun, sayangnya pada fase ini belum mampu  mengembangkan suatu metodologi apapun yang menegaskan posisinya, mereka hanya berusaha untuk membedakan Islam dengan Barat.

Berkaitan dengan pembaharuan ini, tak kalah penting juga membahas tentang daerah yang menjadi kantong pembaharuan Islam seperti India Pakistan, dengan salah satu tokoh terkenalnya yakni Muhammad Iqbal (1873-1938). Ia merupakan tokoh modernisme kontemporer yang juga terkenal sebagai penyair. Iqbal berasal dari keluarga keturunan kasta Brahma, Kasymir yang nenek moyangnya merupakan pemeluk agama Islam sejak dinasti Mughal. Ketika masa pertumbuhannya, daerah sekitarnya yakni India sedang mencuat isu tentang kasta dan pertentangan Muslim-Hindu. 

Dalam masa penempuhan jenjang pendidikannya di dunia Barat, Iqbal tertarik untuk merumuskan kembali pemikiran-pemikiran Islam yang ia tujukan pada umat Islam khususnya di India-Pakistan. Adapun perbuatannya yang demikian ini setidaknya dilandasi oleh beberapa hal diantaranya vitalitas yang luar biasa dan aktivitas kehidupan orang Barat; diperoleh sebuah visi tentang banyak hal yang belum diimpikan oleh dunia Timur tetapi sudah diraih oleh bangsa Barat; serta ketidaksukaannya terhadap kehidupan orang Eropa yang individualistik dan meterialistik sehingga sering memunculkan kompetisi yang keras tanpa melihat nilai etika dan moral. Menurutnya, banyak hal positif yang ada di Eropa namun Eropa bukanlah suatu contoh yang baik dan Islam mengajarkannya dengan lebih baik.

Muhammad Iqbal sebenarnya juga merupakan Bapak Pakistan, kana ialah designer awal terbentuknya negara Islam Pakistan yang memisahkan diri dari India. Tepatnya 25 tahun setelah ia wafat, negara Islam Pakistan terbentuk dengan kontribusi dari Muhammad Ali Jinnah. Intinya, ia hidup selama periode diantara dua masa yakni masa feodal lama dan kapitalisme modern. Dengan pengalaman perjalanan intelektualnya, ia dapat mengkaji kelebihan dan kekurangan dua sistem ini. Di satu sisi ia sangat mengagumi prestasi Barat yang dinamis serta kemajuan teknologinya. Namun, di sisi lain ia mengecam imperialisme Barat. Sehingga ia menganjuran untuk kembali pada ajaran Islam sebagai masyarakat muslim modern.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun