Mohon tunggu...
afip miftahulbasar
afip miftahulbasar Mohon Tunggu... Guru - Menuju Insan Kamil

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merdeka Atas Penjajahan Diri

17 Agustus 2019   15:50 Diperbarui: 17 Agustus 2019   15:54 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Yang mana bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka, merdeka atas penjajahan Belanda ratusan tahun dan beberapa tahun kemudian dijajah oleh Jepang. Tentunya, kemerdekaan itu adalah hak setiap bangsa. Karena namanya penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hasil pemberian dari Negara lain, tetapi dibayar dengan pengorbanan yang luar biasa besarnya. Kemerdekaan adalah hasil pengorbanan dan perjuangan bersama para pahlawan, tokoh masyarakat, dan segenap rakyat tanah air. Mereka adalah orang-orang yang rela berkorban dan berjuang dengan jiwa dan raga, bahkan dengan segala hal yang mereka miliki, hanya untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Mereka memerdekakan diri untuk berjuang menempuh cita-cita menghapuskan penjajahan dari negeri tercinta ini selama-lamanya sampai titik darah penghabisan.

Dengan kemerdekaan berarti bangsa Indonesia mendapatkan suatu kebebasan. Bebas dari segala bentuk penindasan, kesengsaraan dan penguasaan bangsa asing. Bebas menentukan nasib bangsa sendiri. Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berdaulat menuju pintu gerbang masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea ke 2.

Merdeka bukan berarti perjuangan telah usai, justru merupakan sebuah awal perjuangan rakyat untuk melanjutkan dan mempertahankan kemerdekaan. Masyarakat harus terus berjuang untuk dapat memakmurkan kehidupannya.

Sekalipun sudah menjadi bangsa yang merdeka, tetapi ternyata tidak semua rakyatnya telah benar-benar merasakan kemerdekaan itu. Sebagai akibat dari keterbatasan dan kelemahannya, bisa saja sebagian masih terjajah oleh berbagai hal negatif di dalam dirinya.

Memerdekakan diri sebenarnya tidak selalu mudah dan segera berhasil. Apalagi yang disebutkan kemerdekaan itu bersifat menyeluruh, yaitu kemerdekaan lahir maupun batinnya. Penjajahan terhadap diri sendiri tidak saja datang dari luar, melainkan bisa datang dari dalam dirinya dan itu lebih berbahaya. Perasaan rendah diri, nafsu duniawi yang menguasai, iri hati, merasa diri paling tinggi dan merendahkan orang lain dan sebagainya, semua itu adalah penjajah yang seharusnya dilawan dan dihilangkan.

Maka pantas, Rasulullah SAW menyampaikan dalam sebuah hadisnya, "Kalian datang dengan sebaik-baik kedatangan, kalian datang dari jihad kecil menuju jihad besar." Mereka bertanya: "Apakah jihad  besar itu?" beliau bersabda: Mujahadahnya seorang hamba terhadap hawa nafsunya. (HR. Al-Baihaqi)

Sekalipun hadis ini banyak yang mempertanyakan kesahihannya, secara maknawi hadis ini sangatlah sesuai dengan realita hari ini. Faktanya, memang melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh. Berperang melawan musuh seluruhnya adalah kebaikan. Kita bisa membuat segala upaya untuk memenangkan dalam pertempuran, karena memang musuh jelas kelihatan. Tetapi, melawan hawa nafsu tidaklah segampang apa yang kita pikirkan. Butuh kesabaran dan keimanan yang matang agar kita bisa menang dalam pertempuran melawan musuh yang jelas tak kelihatan.

Perang melawan diri merupakan perang yang terberat daripada perang melawan musuh. Dalam al-Quran, untuk melawan sesuatu yang datang dari dalam diri jauh lebih berat daripada melawan musuh dari luar. Sebagaimana dalam surat An-Naas dijelaskan :

"Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan-nya manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia." (QS. An-Naas/114 : 1-6)

Dalam surat An-Naas tersebut, manusia diperintahkan agar berlindung kepada Tuhan sebanyak tiga kali. Seseorang dituntut untuk berlindung kepada Allah SWT sebagai Tuhan, Raja, dan Sesembahan manusia. Semua itu hanya untuk menghadapi rasa ketakutan yang datang dari dalam dirinya. Memang, melawan sesuatu yang datang dari diri sendiri jauh lebih berat ketimbang melawan musuh dari luar. Banyak orang hebat ditumbangkan karena tak mampu melawan godaan dari dalam dirinya. Banyak pejabat yang terjatuh karena tak mampu melawan bisikan korupsi dari dalam dirinya. Banyak muda mudi sekarang ini, yang tak mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi  dengan melampiaskan penggunaan narkoba dampai gantung diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun