Mohon tunggu...
Afin Prapsita
Afin Prapsita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aktif

Newcomer writer!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Antara Sains, Budaya, dan Agama

15 Juli 2024   21:48 Diperbarui: 15 Juli 2024   22:09 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dialog sebagai Penghubung Sekat antara Sains dan Agama

Sains, budaya, dan agama memiliki hubungan yang sangat erat dan kompleks . Masing-masing bidang tersebut memiliki peranan penting dalam membangun kehidupan manusia. Budaya sebagai kultur yang dijadikan penanda kebiasaan manusia atau masyarakat sekitarnya, lalu sains sebagai sarana pengetahuan, dan agama sebagai suatu keyakinan yang dianut masing-masing individu. Tentu paradigma mengenai sains, budaya dan agama acapkali bertentangan, tapi, sesungguhnya ketiganya saling mengikat. Keterkaitan tersebut terwujud dalam keseharian manusia yang tidak berhenti dalam mengolah akal budi. 

Kemajuan zaman telah menuntut ilmu pengetahuan untuk terus berkembang, dan kebudayaan akan mencari jalan agar tak hilang tergerus arus begitu saja. Upaya mengintregasikan antara sains, budaya, dan agama sering dilakukan melalui dialog. Namun, diskusi terkadang mandek karena adanya sekat pembatas antara sesuatu yang bersifat lahiriah (material) yakni sesuatu yang dipandang agama sebagai barang keduniawian dan batiniah (spiritual) yaitu kehidupan berdasarkan nilai-nilai rohani. Agama selalu menyeru pada yang baik dan bijak. Segala perilaku manusia telah diatur sedemikian rupa oleh agama dan tertulis di dalam kitab-kitab. Ketika nilai kebaikan yang terdapat dalam agama dapat diserap oleh individu  dan digunakan dalam rangka menciptakan budaya perilaku yang positif dan membangun manusia yang berpengetahuan. Maka, sangat mungkin sains, budaya, dan agama dapat dipahami sebagai entitas yang tidak terpisahkan. 

Memandang Sains sebagai Karunia Tuhan

Majunya teknologi saat ini tentu dipengaruhi oleh pengembangan sains yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Sebagai contoh, aljabar yang dikembangkan oleh Al-Khawarizmi, yang dilakukan olehnya telah memunculkan dan membuka kesempatan manusia hari ini untuk membuat bermacam-macam prototipe teknologi yang akan berguna bagi manusia. Sejauh ini, sains seolah hanya berbicara tentang kebenaran realitas objektif, sedangkan agama membicarakan tentang manusia, ruh, dan jagat raya beserta Tuhan penciptanya. Diperlukan titik temu antara keduanya agar dikotomi antara sains dan agama dapat menjumpai titik cerah. Salah satunya melalui kesadaran mengenai manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memproduksi, melahirkan beragam inovasi, dan menetaskan beragam wawasan pengetahuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun