Mohon tunggu...
afina dereya
afina dereya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Negeri Malang

saya merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah di salah satu universitas negeri di Kota Malang yaitu Universitas Negeri Malang saya mengambil jurusan ini karena saya sangat tertarik dengan bidang kesejarahan yang kedepannya saya berencana berfokus pada satu bidang sejarah yang mungkin nantinya akan saya ambil. Di jurusan sejarah ini saya belajar banyak bagaimana konsep sejarah dan cara berpikirnya yang membuat saya lebih menghargai waktu dan menjadikan pelajaran dari setiap peristiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Bau Nyale (Menangkap Cacing Laut) di Lombok, Nusa Tenggara Barat

21 Desember 2022   07:37 Diperbarui: 21 Desember 2022   07:36 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Bau Nyale(menangkap cacing laut) di Lombok.Nusa Tenggara Barat.

Bau Nyale merupakan suatu tradisi dari suku terbesar yang ada di Lombok,Nusa Tenggara Barat.Yaitu Suku Sasak.Pulau seluas 4.725 kilometer persegi dengan garis pantai sepanjang 1.364 kilometer dan menjadi bagian penting dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dalam Bahasa Sasak Bau berarti "menangkap" dan Nyale adalah cacing laut.Nyale diyakini sebagai penjelmaan Dari Putri Mandalika yang terjun ke Pantai Kuta yang berada di Lombok.Bau Nyale sendiri merupakan aktivitas masyarakat yang menangkap cacing laut setiap tanggal 20 bulan 10 dalam kalender tradisional Sasak (Pranata Mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan Purnama,Umumnya antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya.

Adapun mengapa masyarakat setempat meyakini Nyale sebagai jelmaan dari Putri Mandalika,Putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat Suku Sasak.Putri Mandalika ini dikisahkan sebagai sosok yang cantik jelita sehingga banyak pangeran dari berbagai kerajaan dating untuk mempersuntingnya.Namun,Putri Mandalika juga merupakan pribadi yang sangat mencintai kedamaian dan ketentraman rakyatnya.sehingga setiap pinangan yang dating kepada dirinya ditolak karena takut terjadi pertumpahan darah.

Akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya untuk dating ke Pantai Kuta,Lombok pada tanggal 20 bulan 10,tepatnya sebelum subuh.seluruh undangan beramai-ramai menuju Pantai Kuta.Putri Mandalik ayanga dikawal ketat oleh para prajurit kerajaan pun dating ke lokasi.Kemudian, ia berhenti dan berdiri di sebuah batu.Tak lama setelah itu ia langsung terjun ke laut dan menghilang tanpa jejak.Sementara itu seluruh undangan sibuk mencari Putri namun mereka tidak menemukan Putri yang mereka temukan hanyalah kumpulan cacing laut yang kemudian mereka percayai sebagai jelmaan dari Putri Mandalika.

Nyale bagi Sebagian masyarakat Lombok bukan hanya sekedar cacing laut biasa.Namun apabila musim nyale tiba mereka akan berbondong-bondong datang untuk Bau atau menangkap nyale dan mereka akan menyantap nyale tersebut sebagai hidangan istimewa yang daoat dijadikan pepes nyale dengan dibungkus daun pisang.Namun,apabila musim Nyale tiba masyarakat dari luar Lombok pun datang antusias untuk ikut bau nyale seperti masyarakat dari Sumbawa dan Taliwang misalnya.

Selain itu,dengan adanya kegiatan Bau Nyale ini penghasilan masyarakat Lombok pun bertambah sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitarnya.Contohnya setiap festival Bau Nyale mereka akan menjual pepes nyale buatan mereka dengan harga RP35-RP50 dan  dagangan mereka tidak pernah sepi akan pembeli.Kemudian mereka pun akan menyediakan tiket masuk untuk memasuki Kawasan Pantai Kuta.Hal ini sangat membantu dalam membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat lokal.

-Unsur kebudayaan

Kebudayaan Bau Nyale ini saya simpulkan masuk kearah sistem Teknologi karena ia dapat menghasilkan makanan yang dianggap lezat nan enak oleh masyarakat setempat.Dan mengapa tidak masuk kedalam unsur kebudayaan yang berupa sistem mata pencaharian karena Bau Nyale ini tidak datang setiap bulan dan sepanjang tahun sehingga tidak dapat di sebut mata pencaharian.

  • Wujud kebudayaan sebagai ide atau gagasan (intensibel)
  • Wujud kebudayaan yang berupa gagasan bahwa Nyale merupakan penjelmaan dari Putri mandalika dan gagasan bahwa nyale bisa di makan dan bahkan menjadi makanan yang lezat.

  • Wujud kebudayaan sebagai aktivitas (intensibel)
  • Suatu wujud hal yang sudah menjadi aktivitas masyarakat yang berulang sepertinya contohnya melakukan tradisi Bau nyale di Pantai Kuta pada bulan Februari-Maret di setiap tahunnya.

  • Wujud kebudayaan sebagai benda (tenjibel)
  • Wujud kebudayaan yang sudah mengahasilkan out put berupa benda dalam setiap kebudayaan contohnya dari kebudayaan bau nyale ini menghasilkan makanan berupa pepes nyale yang dianggap lezat dan enak oleh masyarakat lokal dan luar daerah.

Sumber Rujukan:Koentjaraningrat. 2015. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun