Mohon tunggu...
Afina Asri Fitriani
Afina Asri Fitriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenali dan Mengatasi Overthingking

29 September 2021   21:09 Diperbarui: 29 September 2021   21:13 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman sudah tidak bisa dielak. Terlagi di masa pandemi yang mengharuskan banyak kegiatan di dalam rumah dan menggunakan pertemuan-pertemuan secara virtual. Dari hal inilah yang akhirnya menyebabkan lahirnya kesepian yang mengarahkan otak untuk berpikir secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak seburuk itu. Salah satu dampak dari kejadian ini adalah overthinking.

Overthinking adalah sebuah peristiwa mental di mana umumnya banyak dirasakan oleh para remaja pada rentang usia 16-20 tahun. (Lisda Sofia, Ayunda Ramadhani, Elda Trialisa Putri,  & As`liyanti Nor, 2020). Kondisi ini membuat orang yang mengalaminya merasa bahwa dirinya sangat buruk, menyesali hal-hal yang sudah berlalu, dan menerka-nerka masa depan dengan perasaan khawatir yang berlebihan. Meskipun begitu, overthinking memang tidak selalu mengarah pada hal-hal negatif, tetapi juga bisa mengarah kepada hal yang positif, misalnya untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas diri. Akan tetapi, hal-hal positif ini sangatlah jarang terlaksana jika orang yang mengalami overthinking tidak tahu bagaimana mengontrol hal-hal yang bisa dikontrol.

Pasalnya, overthinking memiliki batasan-batasan tertentu untuk dikatakan sebagai sesuatu yang wajar. Ketika overthinking melampaui batas normal maka perlu tindakan lebih lanjut untuk mengatasinya. (Jovita Sri Dewajani &  Yeni Karneli, 2020). Batas-batas tersebut adalah saat orang yang mengalami overthinking menjadi tidak produktif, menghabiskan banyak waktu untuk mengurung diri, selalu merasa kelelahan, menjadi antisosial secara tiba-tiba, menangis tanpa sebab, dan dampak-dampak negatif lainnya.

Setelah mengenali kondisi overthinking, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Cara yang pertama, setiap kali overthinking datang, sambut dan peluk perasaan itu. Karena semakin ditolak, semakin tidak disambut, overthinking akan semakin ganas dan menjadi-jadi. Cara yang kedua, beri waktu kepada diri sendiri untuk merasa overthinking, misalnya 15 menit. Setelah itu, cara keempat yang harus dilakukan adalah bergerak, mencari kegiatan positif yang bisa meluapkan perasaan yang ada, seperti melukis, menulis, traveling, dan hal-hal lainnya. Cara selanjutnya adalah kembali ke masa kini. Tidak sedikit di antara orang yang mengalami overthinking merasa dirinya masih terselip di kehidupan masa lalu yang kurang baik, ataupun berpikir yang tidak- tidak tentang masa depan. Dengan cara ini, orang yang tengah overthinking bisa berpikir secara rasional bahwa dia hidup di masa sekarang, bukan di masa lalu yang sangat dia benci, serta dia juga tidak tahu apa yang bakal terjadi di masa depan, karna dapat jadi bayangan negatif tentang masa depan tidak separah yang dia bayangkan. Cara keenam yang bisa dilakukan adalah mengenali hal apa saja yang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol.

Ada banyak hal yang bisa seseorang kontrol, yakni cara ia merespon perasaan-perasaan yang datang, cara ia berpikir, tindakan yang ia lakukan, ucapan yang ia lontarkan, serta keputusan-keputusan yang ia buat. Sedangkan hal yang tidak bisa dikontrol yakni cara orang lain memperlakukannya, ucapan serta penilaian orang lain kepadanya, kondisi sekitar, dan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan yang datang. Dengan mengetahui hal-hal yang bisa dan tidak bisa dikontrol akan membuat seseorang menjadi lebih mudah menerima sesuatu. Cara ketujuh, mencari tahu apa yang membuatnya overthinking. Setelah mengetahui hal-hal yang menyebabkan overthinking, seseorang bisa lebih mengevaluasi agar kejadian overthinking tidak terulang secara berlebihan. Cara yang terakhir yakni dengan berkonsultasi pada ahlinya, seperti psikiater dan psikolog. Jika dirasa membutuhkan tempat bercerita selain psikolog dan psikiater, pastikan bahwa orang yang dijadikan tempat cerita adalah orang yang memberikan dukungan serta rangkulan kepada seseorang yang mengalami overthinking.

Daftar Pustaka

Sofia, Lisda; Ramadhani, Ayunda; Putri, Elda Trialisa; & Nor, As liyanti. (2020). Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup. Jurnal Pelayanan Kepada Masyarakat, 2(2), 118-129.

Dewajani, Jovita Sri; & Karneli, Yeni. (2020). Analisis Permasalahan Ruminasi dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan Konseling. TERAPUTIK Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(2), 339-344. Doi : 10.26539/teraputik.42415

Nama : Afina Asri Fitriani

NIM    : 202110230311541

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun