Mohon tunggu...
Humaniora

Peran Santri Patut Diperhitungkan

2 Januari 2017   16:44 Diperbarui: 2 Januari 2017   16:53 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi santri memang pertama biasanya sebuah paksaan dari orang tua, mungkin hanya sedikit orang yang mau menjadi santri. Di balik semua itu terdapat kekuatan spiritual santri yang menjadi sebuah prinsip ketika menghadapi lika-liku hidup. Awal mula ketika saya menjadi seorang santri benar adanya sebuah paksaan karena pendidikan berbasis negeri lebih menonjol ketimbang pendidikan di pesantren. Karena pendidikan umum lebih fokus dan lebih mendapat peluang lebih untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Sebuah sistem yang di jalankan di pesantren adalah sistem yang memberikan perpaduan antara ilmu agama dengan ilmu umum di tambah kajian-kajian tafsir serta hafalan Al-Quran dalam kata lain integrasi interkoneksi. Sistem pesantren sudah di jalankan sejak lama dan tetap pada sistem yang sama yang membedakan pesantren salaf dan modern. Di dalam tulisan ini saya berfokus paa pendidikan pesantren yang moderen, karena pendidikan modern menambahkan pengetahuan di era globalisasi ini.

Pembekalan yang diberikan untuk santri dalaam menghadapi persaingan di dunia yang lebih luas adalah pembiasaan akhlakul karimah, pendalaman al-qur’an dan tafsir, penguasaan kitab kuning,  kemampuan berbahasa asing ini yang di terapkan di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Penanaman akhlakul karimah yang menjadi tujuan utama tiap-tiap pesantren karena akhlak adalah sebuah ceriminan baik buruknya tingkah laku seseorang. Kegiaatan-kegiatan yang di lakukan di pondok pesantren sangatlah memberikan sebuah kemampuan yang lebih karena full aktifitas dari pukul 03.00-22.00, aktifitas yang diberikaan tetap pada koridor yang telah ditentukan.

Seluruh aktifitas telah sersistem rapi, ini mengakibatkan fokus pesantren untuk menjadikan santrinya berkualitas. Lebih kita fokuskan lagi kedalam sebuah pendidikan formal seperti Madrasah Aliyah di pesantren Wahdi Hasyim Yogyakarta, dalam menghadapi UN santri yang sedang menempuh pendidikan kelas 12 merasa tenang ketika di hadapkan dengan UN, karena sistem yang tersusun rapi, jadwal yang sudah bisa memberikan waktu untuk belajar, dan yang paling penting adalah kekuatan spiritual yang di berikan untuk kekuatan mental santri.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun