Mohon tunggu...
Afif Aminuddin
Afif Aminuddin Mohon Tunggu... -

Saya hanyalah orang yang sedang mencoba belajar menulis,

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menilik Duel Inter dan Timnas

27 Mei 2012   17:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hari Sabtu 26 Mei kemarin, publik Indonesia khususnya para pecinta sepakbola disuguhi tontonan menarik. Pertandingan timnas yang walau hanya bertajuk uji coba namun terbukti telah menarik perhatian besar digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ya, lawan timnas kali ini memang bukan tim sembarangan, FC Internazionale. Klub papan atas Italia yang walaupun gagal meraih gelar musim ini namun meraih treble winner dua musim lalu. Walaupun sebelumnya Inter sudah bertanding dengan Liga Selection,namun saya ingin lebih membahas pertandingan melawan timnas ++.

Stadion GBK dipenuhi para suporter yang kebanyakan adalah tifosi dari Inter, yang memang ingin menyaksikan tim kesayangan mereka bertanding. Pertandingan timnas yang biasanya dipenuhi dengan nyanyian 'Garuda di Dadaku' tiba-tiba berganti dengan yel-yel dukungan buat Inter. GBK diubah layaknya Giuseppe Meazza dengan domnasi warna biru hitam dan nyala kembang api. Sebuah pemandangan yang langka di mana timnas yang bermain di depan publik sendiri namun tidak didukung oleh suporternya, walaupun ada juga sebagian kecil suporter timnas.

Ketangguhan Inter sebagai salah satu tim elit Eropa memang tidak bisa disejajarkan dengan timnas Indonesia ++(dengan tambahan pemain senior seperti Kurniawan dan Bima Sakti). Skill individu maupun kolektivitas tim jelas mereka lebih unggul. Itu terlihat dari bagaimana Okto hanya bisa menonton saat Maicon melakukan juggling dengan pedenya. Atau bagaimana Pazzini menerobos lini pertahanan Indonesia dan mencetak gol setelah mempertontonkan kerjasama satu-dua yang apik dengan Milito. Namun hal menarik yang saya lihat adalah bagaimana timnas tampil penuh determinasi dan ngotot kala berhadapan dengan Inter. Terakhir kali saya melihat hal seperti itu adalah ketika Piala Asia 2007 di mana Indonesia saat itu berada satu grup dengan raksasa Asia macam Arab Saudi dan Korsel.

Penampilan timnas memang masih diselingi oleh beberapa kesalahan mendasar yang biasa terlihat dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya. Tetapi beberapa peluang berhasil tercipta dan itu menunjukkan kalau timnas sebenarnya mampu. Momen paling berkesan tentu saja gol Patrich Wanggai dengan tendangan first-time-nya. Saya sempat tidak percaya kalau bola akhirnya masuk ke sudut gawang dan tidak terjangkau Paolo Orlandini. Menurut saya Patrich ini pemain yang sangat potensial untuk masa depan timnas Indonesia dan harusnya diberi lebih banyak kesempatan tampil agar lebih berkembang. Tusukan-tusukan yang dilakukan Elie aiboy juga kerap membahayakan pertahanan Inter dan seolah membuktikan bahwa dirinya belum habis.

Sungguh sangat disayangkan potensi yang besar pada para pemain Indonesia ini harus terpojokkan oleh perang kepentingan para petinggi PSSI. Saya berharap suatu saat nanti bakat-bakat yang ada ini tidak dibeda-bedakan dan memperoleh kesempatan yang sama untuk membela tim nasional. Pihak klub juga seyogyanya lebih bersifat kooperatif dan mengesampingkan skeptis mereka terhadap pengurus PSSI. Kepentingan tim nasional seharusnya berada di prioritas tertinggi. Selama PSSI masih diakui negara, maka panggilan PSSI adalah panggilan negara. Saya salut dengan Okto dan Tibo yang tetap hadir memenuhi panggilan walau dilarang oleh pihak klub.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun