Mohon tunggu...
Afif Aminuddin
Afif Aminuddin Mohon Tunggu... -

Saya hanyalah orang yang sedang mencoba belajar menulis,

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Panggilan Timnas Vs Arogansi KPSI

31 Juli 2012   23:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="322" caption="Latihan Timnas, sumber:detik.com"][/caption]

Tiga dari beberapa pemain ISL yang oleh beberapa kalangan sempat diragukan nasionalismenya karena dinilai enggan memenuhi panggilan timnas dan lebih mengutamakan klub akhirnya menjawab anggapan ini dengan mengikuti latihan timnas. Bersama pemain ISL lainnya yg telah lebih dahulu bergabung seperti Patrich Wanggai, Tibo, dan Okto, tiga punggawa timnas senior BP, Firman Utina dan Ponaryo Astaman memenuhi panggilan Nil Maizar untuk mengikuti persiapan guna menghadapi Valencia Sabtu mendatang, meski tanpa restu dari klub masing-masing. Ponaryo dan Firman bahkan sudah digadang sanksi oleh klub asalnya, Sriwijaya akibat tindakan 'mbalelo' mereka. Tetapi saya mengapresiasi keputusan mereka yang akhirnya lebih mendahulukan kepentingan timnas daripada klub.

Jika kita berada di posisi mereka, dapat kita bayangkan bagaimana mereka harus menghadapi keputusan yang dilematis ini. Klub yang mengikat mereka dengan kontrak, yang menjadi tumpuan hidup mereka, melarang para pemainnya untuk membela negaranya sendiri. Sementara pemain mana di dunia ini yang tidak ingin mengenakan seragam timnasnya dan berlaga demi negaranya. Sungguh rasa haus akan kekuasaan dari sekelompok orang tertentu telah menyandera hak dari para pemain Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa.

Dulu sewaktu PSSI hanya mengambil pemain IPL untuk masuk ke dalam timnas, PSSI dinilai menganaktirikan para pemain ISL. Seiring dengan izin FIFA yang memperbolehkan semua pemain untuk membela timnas, PSSI telah merangkul ISL dan memanggil para pemainnya. Namun apa yang kini terjadi dapat kita saksikan bersama, klub-klub ISL tersebut menolak untuk mengizinkan pemainnya memenuhi panggilan timnas. Mereka seperti terpenjara oleh bayang-bayang PT Liga dan KPSI yang mengaku sebagai PSSI yang resmi.

Apakah KPSI tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan telah membuat para pemain menjadi korban. Seharusnya mereka melihat bahwa kepentingan timnas harus diutamakan, toh pemanggilan dari pemain mereka jelas tidak akan mengganggu stabilitas klub karena klub sedang libur kompetisi. Keputusan CAS memang belum jelas terkait penyelesaian konflik yang ada, namun kenyataan bahwa timnas akan menghadapi AFF dan membutuhkan pemain-pemain terbaiknya harusnya bisa lebih dipahami daripada mengedepankan ego masing-masing.

Lihat para punggawa timnas di masa lalu, seperti Max Timisela. Jika ia mengikuti egonya, mungkin ia sudah tercatat sebagai orang Asia pertama yang bermain di Eropa bersama Werder Bremen, kampiun Bundesliga masa itu. Namun apa yang diputuskannya? Ia lebih memilih mematuhi instruksi Bung Karno untuk membela timnas yang kala itu masih membutuhkan tenaganya dan menolak tawaran Bremen. Pandangan seperti inilah yag harusnya dimiliki oleh setiap pihak demi kemajuan sepakbola Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun