Mohon tunggu...
Vyacheslav Xenos
Vyacheslav Xenos Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Musiman

Mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang masih sulit berbahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Diary

Semua Laki-laki Sama?

8 Juni 2022   22:30 Diperbarui: 8 Juni 2022   22:36 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku berpikir semua manusia berjenis kelamin laki-laki itu sama saja. Ucapan tersebut sepertinya terlalu basi dan orang-orang sudah muak mendengarnya. Apa yang ku alami ini mungkin hanya kebetulan atau juga takdir yang harus aku terima dan jalani. Beberapa dari mereka memang mengajarkan aku banyak pelajaran hidup, salah satunya; jangan percaya dengan mudah.

Mengingat kembali ingatan yang tak perlu diingat. Tentang, manusia-manusia yang mendeklarasikan diri bahwa mereka mencintaiku.
Seorang pekerja proyek awal duapuluhan dengan air wajah lucu, memberi afeksi yang membuatku lumer layaknya es krim yang dimakan adik tadi siang. Bahagiaku muncul bersama rasa takut. Sekelebat ingatan pemuda kurus kering yang meninggalkanku bersama janji besar mengingatkan untuk tidak percaya pada pekerja muda bermuka om-om ini. Namun, pria lucu ini selalu meyakinkan di setiap pertanyaan yang aku lontarkan. Berat hati aku meninggalkan logika di sudut otak kosong yang berdebu, mementingkan perasaan yang perlu divalidasi.

Entah kali ke berapa aku telah melihat bulan sabit, seingatku kami tak pernah bertengkar hebat. Hanya saja, ia yang terkadang sangat sibuk dengan pekerjaannya, sangat membuatku runyam. Pemikiran-pemikiran murahan nan jahat selalu mengasapi otakku. Apakah ia benar bekerja, atau sedang melakukan percobaan bunuh diri, atau mungkin tak sengaja terpeleset jatuh ke dalam adonan semen basah? Ia tak pernah bercerita banyak tentang pekerjaannya yang sebagian besar tidak ku mengerti.

Firasatku semakin memburuk, kepercayaanku menipis. Semua pemikiran buruk menjadi-jadi. Namun ku tahan untuk tidak membicarakannya karena tidak ingin hubungan kami bermasalah. Namun, aku salah. Salah besar. Ia berbohong.

Pembohong yang sangat profesional. Namun, tidak sesempurna itu melakukan kejahatannya. Intuisiku jauh lebih tajam daripada ucapan manisnya. Pada akhirnya, aku tidaklah sepenting itu, tidak secantik itu, tidak seimut itu, dan tidak selucu yang selama ini ia katakan. Aku hanya gadis biasa, tak punya keistimewaan apapun. Aku hanya memberi hati, namun ia mungkin tak menyadari ketika aku menyerahkannya. Ia menyerahkan kotak kosong yang bertuliskan hati.

Selepas ia masuk ke dalam rimba terlupakan, hatiku meronta ingin afeksi. Terlalu cepat, logikaku berkata. Namun, hati ini bodoh. Sangat bodoh.

Seorang lagi datang mengetuk pintu. Guru honorer, penggemar sekaligus vokalis band rock yang belum terlalu terkenal. Ia berjanji hal yang sama, namun memberikan syarat pada janji tersebut. Aku tak terlalu mengerti konsep perjanjian atau persyaratan yang ia katakan pada hari dimana ia ku persilahkan masuk. Sampai pada malam hari, ia menelpon karena suatu hal. Tak dapat mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan, jadi aku harus terus bertanya untuk memastikan.

"Sudah tidak dikeluarkan dua minggu, Sayang." Suaranya terdengar diberat-beratkan dan desahan aneh diujung nafasnya. Apa? Apa yang ia tidak keluarkan? Otak bajingan ini menangkap dengan cepat apa yang ia maksudkan. Aku terdiam. Suara gesekan kasur atau entah apa terdengar di seberang telpon. Berisik sekali.

"Udah?" Aku bertanya apakah ia sudah menyelesaikan urusannya. Ia diam. Tak ada suara apapun, pun dengan suara gesekan tadi. Aku segera mematikan telponnya karena merasa sangat tidak nyaman.

Ia tak membalas pesanku lagi. Atau menjelaskan apa yang ia coba lakukan padaku. Merendahkanku.

Aku segera mengetik panjang lebar tentang ketidaksukaan pada sikapnya barusan. Dan ia berkata kalau hal tersebut adalah sifat alami laki-laki. BAJINGAN.
Segera, aku membalas perkataan tadi dengan segala logika dan perasaan yang merasa direndahkan. Aku berhenti. Aku mengusirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun