Sore ini Mama kembali sehabis dari menjaga warung peninggalan Mbah Uti. Ia membawa tiga kantung kresek hitam besar. Isinya beragam, dari sabun mandi, obat nyamuk, pengharum pakaian, bahkan mie instan. Barang terakhir adalah barang favoritku dan adik-adikku.
Selepas maghrib, kami bertiga menyeduh mie bulat kecil itu di dalam gelas. Masing-masing dari kami memakan dua bungkus karena terlalu lapar.
Aku dan adik perempuanku memakannya di meja makan sembari bercerita sampai antah berantah. Sedangkan adik laki-lakiku memilih unuk makan di ruang tamu sembari menonton Youtube.
Papa keluar dari kamar seusai mengaji, melihat kami berdua memakan mie instan tersebut. Sedikit nyinyir dengan apa yang kami makan, lalu pergi begitu saja. Kami meneruskan kegiatan sampai isi gelas kami tandas.
Setelah selesai, tak lupa aku merapikan sedikit meja makan yang terlihat berantakan. Pergi ke dapur menaruh gelas-gelas kotor yang ada di meja makan. Setelah itu aku berteriak menyuruh adik perempuan ku untuk mencuci piring.
Adik perempuan ku ini sedikit bandel. Ah, ralat. Sangat bandel.
Ia maniak ponsel. Tak bisa berpaling dari ponsel pintarnya barang sedetik pun. Aku bahkan sudah menyuruhnya menjemur pakaian sejak 3 hari yang lalu, namun belum dilakukannya sampai hari ini. Ah, dia sangat menjengkelkan.
Setelah membereskan meja, aku kembali ke kamar. Tebak apa yang dilakukan adikku? Ia mengikutiku juga ke kamar, padahal aku sudah menyuruhnya mencuci piring. Andai aku bisa menamparnya sekarang...
Aku tahu ini hanya pekerjaan rumah sepele. Tapi ia tidak mau langsung mengerjakannya, itu yang membuatku jengkel. Ku pikir, lebih baik aku diam saja.Â
Namun, melihatnya tertawa-tawa di depan ponsel pintarnya membuatku naik darah. Aku kembali marah menyuruhnya mencuci piring. Tapi ia malah balik membentak dengan ponsel di tangannya.Â
Aku harus menahan emosi.....