Sebuah simbol kemenangan bagi kaum buruh dalam perjuangan menuntut pengurangan jam kerja dari 12-16 jam per hari menjadi 8 jam perhari, yang diraih melalui perjuangan panjang (Tahun 1886-1890 an) yang begitu hebat dengan pengorbanan yang tidak akan pernah ternilai untuk membebaskan diri dari belenggu penindasan dan penghisapan Imperialisme (Kapitalisme Monopoli) yang berlipat-lipat. Independen adalah sebuah sikap yang dimiliki oleh buruh hingga berhasil dalam perjuangannya seperti yang terurai diatas.
Tapi hal itu (sejarah perjuangan hari buruh) tidak begitu berpengaruh untuk indonesia, apalagi saat ini memasuki tahun politik, serasa semua momen menjadi bahan untuk melanlancarkan sebuah aksi menuju politik yang bertujuan pragmatis hingga yang menonjol adalah sebuah strategi-strategi untuk melancarkan sebuah siasat politik.
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dengan slogannya Dari Gerakan Pabrik Menuju Gerakan Publik. Menggelar sebuah aksi yang memperingati Hari Buruh yang di kenal sebagai May Day, Aksi hari buruh kali ini ada hal yang berbeda dari aksi-aksi sebelumnya, yang seharusnya berbicara sikap dan nasib buruh secara umum. Sebuah keharusan bagi setiap warga negara untuk memperjuangkan nasib buruh atau nasib warga negaranya.
Ada bebera tuntutan yang disampai oleh KSPI yang di ketuai Riden Hatam Aziz yaitu,
Pertama, KSPI mendesak pemerintah mencabut peraturan Pemerintah (PP) No.78/2015 tentang pengupahan.
Kedua, KSPI menuntut pemerintah turunkan harga beras dan listrik.
ketiganya adalah mendesak pemerintah mencabut Peraturan Presiden (Perpres) No.20/2018 tentang Tenaga Kerja Asing.
Sepintas lalu, melihat beberapa uraian diatas dan berbagai tuntutan tersebut, serasa KSPI adalah sebuah organisasi yang pro rakyat juga peduli akan nasib semua warga negara yang hak-haknya tidak di pedulikan oleh pemerintah.
Pada saat aksi itu berjalan, ada hal yang mengganjal, karena hal tersebut bukan hanya aksi untuk memperingat hari buruh, tapi malah ada nuansa politik yang hadir. Seakan politik tidak pernah mengenal waktu untuk masuk pada setiap acara apapun hingga dalam aksi pun politik masih saja bermain dan mewarnai jalanannya aksi.
Nuansa politik terasa dalam peringatan Hari Buruh 2018 yang dilaksanakan oleh jutaan buruh dari seluruh Indonesia, dengan di deklarasikannya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, untuk maju sebagai Calon Presiden 2019 Oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) di Istora Senayan.
Ketua Panitia Aksi May Day Nasional 2018, Riden Hatam Aziz mengatakan bahwa KSPI menilai Prabowo adalah sosok yang akan berkomitmen terhadap kesejahteraan rakyat, khususnya kaum buruh. Hal itu akan tercermin dengan kedatangan Prabowo dalam agenda KSPI di Istora untuk menandatangani kontrak perjanjian memenuhi tuntutan buruh.