Singapura merupakan sebuah negara kecil yang terletak di sebelah Selatan Semenanjung Malaya. Singapura memegang peranan signifikan dalam perdagangan dan keuangan internasional dan menjadi pusat keuangan terdepan ketiga di dunia serta sebuah kota kosmopolitan yang berpengaruh. Selain itu, Pelabuhan Singapura termasuk salah satu dari lima pelabuhan tersibuk di seluruh dunia. Negara kecil ini sukses menjadi contoh bagi perekonomian kapitalis, dengan pendekatan yang kuat terhadap perdagangan bebas investasi asing, dan deregulasi, Singapura telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan sejak merdeka pada tahun 1965.
Pada awal kemerdekaannya, Singapura tidak memiliki modal yang signifikan, hanya memiliki penduduk dan wilayah yang strategis. Di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew, Singapura aktif membuka diri kepada investor asing. Meskipun pada saat itu negara tersebut mengalami kesulitan ekonomi. Pertanyaannya, siapa sebenarnya investor asing yang bersedia berinvestasi di Singapura saat itu? karena pada saat itu Singapura merupakan negara yang tergolong miskin dan tidak mempunyai sumber daya alam apapun bahkan masyarakat mereka sebagian besar masih buta huruf dan tinggal di permukiman yang kumuh. Pada tahun 1965, ketika konflik Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mencapai puncaknya di Vietnam, Singapura mengambil langkah berani dengan menawarkan wilayahnya sebagai pelabuhan militer bagi kapal perang Amerika Serikat dan Inggris. Kesepakatan ini menghasilkan pendapatan sebesar 200 juta Dollar pada tahun 1967, setara dengan 15% dari pendapatan nasional Singapura. Dengan menyewakan wilayahnya sebagai pelabuhan militer, Singapura berhasil menarik perhatian investor barat dan menunjukkan komitmen mereka untuk membangun ekonomi yang kuat. Langkah ini membantu Singapura memperkuat posisinya sebagai pusat keuangan dan perdagangan yang kredibel bagi investor asing.
Setelah berakhirnya Perang Dingin di Vietnam, Singapura langsung meluncurkan program revitalisasi untuk memperkuat infrastruktur pelabuhan mereka. Mereka mengubah bekas markas Angkatan Laut Inggris menjadi Pelabuhan Sembawang, dan membangun dermaga baru di Jurong, Pasir Panjang, dan wilayah lainnya. Dengan menerapkan teknologi bongkar muat yang canggih dan efisien, Singapura berhasil menciptakan salah satu pelabuhan terbesar, tercanggih, dan tersibuk di dunia. Pelabuhan Singapura menghubungkan 123 negara di seluruh dunia dan menyumbang 20% dari arus perdagangan maritim global. Prestasi ini menjadikan Singapura sebagai pelabuhan maritim yang memiliki fasilitas dan infrastruktur yang unggul dalam sepuluh tahun pertama pasca merdeka. Sejak saat itu, Singapura telah menjadi tujuan utama bagi investor barat, terutama dalam sektor manufaktur.
Seiring dengan meningkatnya jumlah investor asing yang tertarik pada Singapura, negara tersebut mulai memberikan fokus yang lebih besar pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) mereka untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas. Pemerintah mengambil langkah-langkah seperti pembangunan sekolah kejuruan yang banyak serta membayar perusahaan asing untuk melatih para pekerja Singapura di bidang teknik sipil, petrokimia, dan teknologi industri. Untuk pekerja yang tidak sesuai dengan sektor industri, pemerintah mengalihkannya ke sektor jasa dan pariwisata. Melalui strategi ini, Singapura berhasil mengubah arah sektor ekonominya dari sektor industri dengan nilai rendah seperti tekstil, garmen, dan elektronik kecil menuju industri yang lebih besar, canggih, dan bernilai tambah yang mencakup bioteknologi, farmasi, perkapalan, rekayasa perangkat lunak, dan bahkan menjadi pusat manufaktur elektronik terbesar di kawasan ASEAN pada tahun 1990-an.
Pada tahun 1980-an, Singapura memulai serangkaian terobosan strategis dengan pembangunan Bandara Internasional Changi, yang segera menjadi ikon negara yang mencerminkan kemajuan dan modernitasnya. Tidak hanya itu, Singapura juga melakukan transformasi kota dengan tata ruang yang sangat teratur, di mana setiap wilayah memiliki fungsinya sendiri-sendiri, termasuk kawasan perbelanjaan, pariwisata, pusat bisnis, pusat untuk event internasional yang dapat menampung ratusan ribu orang, dan lain-lain. Meskipun memiliki wilayah yang terbatas, Singapura berhasil mengoptimalkan setiap inci dari pulau itu untuk mencapai nilai ekonomi yang maksimal bagi negara dan masyarakatnya. Keberhasilan ini tak lepas dari ketegasan luar biasa pemerintah Singapura dalam menciptakan kepastian hukum dan stabilitas keamanan di negara mereka. Di Singapura, tindakan korupsi diberantas dengan tegas dan para pelakunya dihukum dengan keras dengan cara dimiskinkan. Begitu pula dengan pelanggar hukum terkait narkoba, yang dikenai hukuman mati. Sementara itu, kebijakan pajak yang ringan, dikombinasikan dengan keamanan, stabilitas, kepastian hukum, dan SDM yang cerdas, menjadikan Singapura menarik bagi ribuan perusahaan korporat besar untuk membuka kantor cabangnya di sana. Hal ini menjadikan Singapura sebagai pusat bisnis utama di kawasan Asia Tenggara.
Di balik kemajuan pesatnya, Singapura juga dikenal dengan pemerintahan yang sangat tegas, menjalankan semua agenda pembangunan dengan kebijakan yang keras. Tingkat kebebasan berpendapat di negara ini tidak sebebas di negara demokrasi lainnya. Singapura menerapkan tindakan tegas terhadap pengkritik, provokator, demonstran, atau serikat buruh yang dianggap berpotensi menghambat agenda pembangunan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H