Mohon tunggu...
Afifi Hasbunallah
Afifi Hasbunallah Mohon Tunggu... Guru - -

"Berpikir Kritis dan Humanis Menembus Dimensi Takdir"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibalik gemerlap malam tahun baru

31 Desember 2012   18:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:43 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah berawal dari mana dan sejak kapan, perayaan pergantian tahun selalu diramaikan dengan berbagai hal yang bersifat “hura-hura”. Mulai dari kembang api, terompet, konvoi dan banyak hal yang dilakukan pada saat malam pergantian tahun ini. Pun begitu, banyak pula yang berpendapat perihal perayaan tahun baru. Ada yang menghujat habis-habisan bahkan sampai men-judge haram dengan latar belakang keagamaan, tapi ada juga yang membela perayaan tersebut dengan dalih hiburan. Entahlah, mana yang paling benar dari pendapat-pendapat tersebut. Namun yang pasti tahun baru merupakan sebuah moment yang dimana euforianya dapat dirasakan oleh barbagai macam kelompok masyarakat.

Tak dipungkiri bahwa perayaan pergantian tahun selalu identik dengan hura-hura. Satu yang perlu dicatat, banyak masyarakat dari golongan menengah kebawah –khususnya pedagang- yang menantikan moment ini sebagai ajang meraup untung. Terjadi sebuah perputaran ekonomi yang dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari pedagang terompet, minuman dan makanan ringan, petasan, bahkan para pemulung pun dapat merasakan “hikmah” dibalik malam tahun baru. Artinya, malam pergantian tahun ini menjadi berkah tersendiri bagi para pegiat ekonomi terutama mereka yang berasal dari golongan menengah kebawah.

Memang perayaan tahun baru tidak selamanya positif. Untuk itu, penilaian yang bijak terhadap perayaan sebuah momentum pergantian tahun ini harus disikapi secara dewasa. Keberagaman yang dianugerahkan hendaklah menjadi parameter dalam menyikapi hal tersebut. Yang terpenting adalah adanya pendewasaan dalam menilai, dimana tidak melulu soal agama, tidak hanya berdasarkan kepentingan semata.

Selamat Tahun Baru Indonesia.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun