Malam ini aku tengok engkau ..
Sembari kunikmati daun pintumu yang senantiasa tersenyum
Terbersit pikiranku .. aduh .. megahnya engkau .. gagah sekali
Seperti berkata, kemarilah wahai para kurcaci .. di sayapku berteduhlah
Hingga aku jamah senyap ronggamu
Aku bertanya, dimanakah semua?
sedang pada mendengkur rupanya
..
..
kuingat lantang suaramu dulu
menebar damai ke seantero kampung ..
mengajak setiap tatap mata untuk tepekur
lalu bersama-sama mengangkat sabit,cangkul dan bakul
sekembalinya itu pun masih banyak waktu
Pintumu yang senantiasa terbuka
Kini tertegun didepan sepi yang merapat manja
Dan gema adzanmu yang habis di sudut ngarai
Digelayut lembut kekang kuda-kuda beban
..
..
Ah ..jadi ingat dulu aku pernah dimarahi senior
Saat aku terjatuh gara-gara terjerambat sarung sendiri
Baru kini kusadari senyum sejukmu saat itu
Waktu tak ada lagi anak yang bergurau didalamnya
Bukan lantaran khusyu mengaji
Tapi karena tidak ada senior mengkaji
Semua pergi dengan urusannya sendiri-sendiri
Dan tahukah kau? Aku lihat senyum malu itu
Pada mereka yang berlalu lalang di depanmu
Sembari masih membawa sabit, cangkul dan bakul
..
..
Masjidku sayang masjidku malang
Oh kenapa ini harus terjadi?
Dulu rajin-rajin mereka menemanimu
Bertukar kata seraya menikmati sajian Tuanmu
Terkadang sambil tertawa semua meski kemudian menangis bersama
Oh indahnya ..
Engkau tentu tahu ..
Itu sebelum mereka menjadi Durna
yang menjejakkan kaki dilantaimu dengan terpaksa
atau ingin menyampaikan keluh kesah semata
lalu pergi..
Tahukah engkau? tak jarang mereka memasukimu tanpa bersuci
Menghadap Tuanmu dengan mahkota di kepala
Pedang di tangan dan baju besi di badan
Seraya berteriak .. Tuan, aku ingin maju perang beri aku kemenangan
..
..
aku tahu sekarang pun engkau tersenyum
Senyumnya seorang bapak yang mendengar celoteh anak yang digendongnya
“Ayah, teman-temanku manja semua.”
Dan aku tahu engkau tahu
Aku disini untuk memohon Tuanmu
Untuk memberiku kemenangan ..
Tapi engkau tahu
Di kepalaku tidak ada mahkota
Ditanganku tidak ada pedang dan di badanku tidak ada baju besi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H