Mohon tunggu...
Afiffatus Sholihah
Afiffatus Sholihah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

CHAK: Catatan Hati Anak Kostan

10 Januari 2015   16:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:25 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak kost. Sebutan bagi seseorang yang hidup terpisah dan jauh dari orang tua. Tinggal di rantau orang bersama orang tua asuh, dengan menyewa kamar atau rumah. Umumnya adalah mereka yang melanjutkan pendidikannya di tingkat perguruan tinggi.

Anak kost, identik dengan anak mandiri karena harus hidup sendiri, berjauhan dengan orang tua nya. Mandiri ? belum tentu. Karena pada kenyataannya juga masih mengandalkan harta orang tua, parahnya lagi di pake buat foya-foya. Biar keliatan gaya dan di bilang makmur sebagai anak kostn. Bilangnya buat bayar kuliah, yang ada malah buat foya-foya. Tapi tentu saja tidak semua anak kostn begitu. Nah di sinilah mengapa faktor teman dan lingkungan itu menjadi sangat penting. Karena lingkungan itulah yang akan membentuk sikap dan karakter. Dan teman, ia akan selalu membawa pengaruh yang sangat besar, pengaruh baik atau buruk nya itu tergantung bagaimana cara anda bergaul dan memilih teman.

Anak kost. Awal bulan selalu menjadi moment yang indah. Sederet kebutuhan dari yang sangat penting , penting, sampai tak penting sama sekali, di catat serapi mungkin dengan senyum yang terus mengembang, sembari membayangkan akan di belanjakan dimana lembaran merah yang telah berbaris rapi di dalam dompet nya. Dan akhir bulan, adalah moment penghematan besar-besaran yang harus dengan penuh suka rela di jalani, karena dia sadar beberapa lembar gambar pahlawan satu persatu telah berguguran meninggalkan dompetnya, hingga selembar pattimura pun menjadi begitu bermakna. Dan saat dimana indomie menjadi teman makan paling setia melewati deretan angka dua puluhan hingga tiga puluh di akhir bulan.

Menjalani kehidupan sebagai anak kost itu sendiri sudah saya jalani selama 4 tahun. Dari kelas 1 SMA, hingga masuk semester dua di perguruan tinggi. Mau tanya gimana pengalamannya ? jangan di tanya. Punya ibuk kostn yang pendiam, cerewet, hingga yang baik banget. Mulai dari kamar kost yang lebih layak di bilang gudang, sampai kamar kost yang saking sayang dan nyamannya saya samakan dengan hotel bintang lima. Kehilangan pun tak luput menjadi pengalaman pahit saya selama menjadi anak kostn. Dimana dalam waktu satu pekan dua HP saya beserta dompet lengkap dengan tiga buah ATM nya, raib di ambil kucing berkepala hitam dan berkaki dua yang menurut saya tak punya perasaan. Kenapa harus saya, saya hanyalah seorang anak rantau yang mengandalkan kiriman orang tua setiap bulannya dengan uang yang tak seberapa. Sungguh maling yang sangat keterlaluan dan tak berperasaan, yang salah menjadikan saya sebagi target operasi. Kenapa bukan ibuk kost saya saja yang pastinya punya uang berlebih dari hasil sewa kost per bulannya, bukankah akan lebih banyak tuh hasilnya. Eh ?

Terlepas dari itu semua, pengalaman membuat saya belajar banyak hal. Hidup berjauhan dengan keluarga membuat saya harus bersikap sabar dalam menahan rindu yang tak tertahankan, bersikap dewasa karena memang tak selamanya harus bermanja-manja dengan orang tua. Yang selama ini di rumah semua kebutuhan di cukupi oleh orang tua, tetapi saat tinggal berjauhan semuanya harus di penuhi sendiri. Kita tidak bisa menyamakan kostn kita sama seperti di rumah sendiri. Karena kita harus belajar untuk toleransi dan saling menghargai dengan sesama penghuni kostn, menjaga ucapan dan tingkah laku agar tidak menyakiti dan menimbulkan konflik dengan teman sesama kost atau pemilik kostn itu sendiri. Hidup sebagai anak kostn, kita akan mengerti arti teman sesungguhnya. Apa yang tampak di depan kita belum tentu baik. Saat kita susah dan sama-sama hidup jauh dari orang tua kita akan tau mana yang memang benar-benar teman kita mana yang bukan. Mana yang benar benar baik, benar-benar tulus atau cuma modus. Satu lagi yang penting, fokuskan lah dengan tujuan anda, sesuatu yang membuat anda sampai harus berjuang menjalani kehidupan sebagai anak kostn, yaitu cita-cita anda. Jangan jadikan semua perjuangan itu menjadi sia-sia. Lakukan lah kegiatan yang positif daan menunjang masa depan anda. Walaupun jauh dari orang tua bukan berarti bisa bebas melakukan apa yang anda suka. Ingat, mereka menanti di rumah dengan sejuta do’a dan harapan akan kesuksesan anda. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun