Mohon tunggu...
Afifatun Nisa
Afifatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Seorang santri biasa yang menyukai buku, karya sastra, sejarah, seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biasakan Haqqul Yaqin, Jangan Hoaks-qul Yaqin

27 November 2021   10:54 Diperbarui: 27 November 2021   11:07 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cegah Penyebaran Hoaks. Made with Canva/Afifatun Nisa' 

Pada era yang serba digital ini, kecepatan penyebaran berita amat sangat memprihatinkan. Kebanyakan dari kita langsung percaya terhadap teks yang ada tanpa mengetahui konteks yang sebenarnya. Permasalahan yang paling mencolok yaitu banyak hoaks-hoaks yang mengatasnamakan agama serta menggerogoti sendi-sendi keislaman. Sehingga mengakibatkan silang pendapat antar umat Islam. 

Dalam sejarah Islam terdahulu, Nabi Muhammad SAW juga pernah menjadi korban hoaks yang sangat keji. Hal tersebut berkaitan dengan turunnya Surah An-Nur ayat 11-21 yang menjadi sanggahan terhadap hoaks yang menimpa Nabi Muhammad SAW. 

Pada zaman Khulafaur Rasyidin, terdapat peristiwa yang terkenal dengan istilah "al-fitnah al-kubra" (fitnah besar). Hal ini berkaitan dengan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Ketika itu tersebar hoaks bahwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan dilakukan untuk kepentingan politik semata. Peristiwa ini mengakibatkan perpecahan antar umat Islam yang berbuntut pada peperangan Ali dan Muawiyah. Pengaruh peristiwa ini dapat kita lihat hingga sekarang, yaitu adanya beberapa teologi (sekte kalam) dalam Islam. 

Lebih luas lagi, sejak tahun 41 H beredar secara bebas hadis-hadis palsu yang diproduksi untuk kepentingan kekuasaan. Hal inilah yang digunakan sebagai benteng oleh rezim yang berkuasa pada saat itu. Pada dasarnya, para pembuat hadis palsu yang sebenarnya juga merupakan orang-orang yang taat beribadah sadar bahwa hal tersebut mempengaruhi muslim maupun non-muslim dengan hoaks serta imajinasi sebagai "pembela Allah dan Rasul-Nya". 

Banyak sekali fenomena instan terjadi. Yang apa-apa mudah didapatkan, dalam hal memahami agama pun dapat dengan mudah ditemukan. Yang menjadi problematikanya adalah apakah berita atau hal yang kita dengar, kita lihat, sesuai dengan Al-Qur'an dan hadis? Apakah benar-benar berasal dari sumber yang terpercaya? Dari ulama-ulama yang sudah teruji, jelas dan mumpuni dalam bidangnya? 

Kesucian agama dari hal-hal hoaks sangatlah signifikan dan mendasar. Dalam hal ini, Allah SWT telah menegaskan yang dapat dilihat dalam Surah Al-Hijr ayat 9 bahwa apa yang difirmankan oleh-Nya adalah benar-benar dari-Nya serta akan Dia jaga sampai akhir zaman. Tuhan dengan keras  melaknat, menyebut tak beriman, dan memastikan orang-orang yang membuat maupun menyebar hoaks kelak di akhirat akan dimasukkan ke dalam Neraka. 

Penyebaran hoaks seringnya dimulai dari orang-orang yang pandai berbicara, namun berani berbohong bahkan bengis. Orang pintar yang jahat merupakan salah satu penyebar hoaks yang sasarannya adalah orang bodoh yang baik. Maka kita perlu membentengi diri, seperti maqolah Sayyidina Ali, "Lihat apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang berkata." 

Allah SWT memerintahkan kita untuk memerangi hoaks yang beredar. Lalu bagaimana caranya? Apakah harus dengan berperang menggunakan pedang atau benda-benda tajam? Tentu tidak! Allah telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara memerangi hoaks, yaitu dengan selalu "tabayyun" atau menyaring sebelum sharing atau dalam bahasa gaulnya check and recheck saat mendapat informasi. Hal ini dapat dilihat dalam Surah Al-Hujurat ayat 6. 

Maka dari itu, jika datang kabar, pastikan kita haqqul yaqin pada kebenaran kabarnya. Seperti yang telah dicontohkan oleh Habib Husein Ja'far Al-Hadar dalam bukunya "Tak di Ka'bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan: Tuhan Ada di Hatimu", jika ada orang berkata bahwa dia mempunyai obat untuk penyakit yang kita derita, walaupun yang berkata ini adalah orang terdekat kita, jangan langsung dipercaya. Telitilah terlebih dahulu apakah yang dia berikan benar-benar obat untuk penyakit kita. Karena Islam mengajarkan kepada kita untuk haqqul yaqin, bukan hoaks-qul yaqin (yakin pada hoaks yang beredar sebab malas ngecek atau karena berita itu menguntungkan untuk kita). 

Terakhir, jika kita menerima informasi yang sudah pasti benar sekalipun. Janganlah terburu-buru membagikannya. Pastikan terlebih dahulu apakah informasi tersebut membawa kemaslahatan untuk kita maupun orang lain. Dikhawatirkan malah akan menimbulkan masalah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun