Mohon tunggu...
Afif Amrullah
Afif Amrullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Filsafat, Teologi, Ekonomi & Bisnis, Teknologi & sains

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

10 Pengusaha Dalam Maupun Luar Negeri yang Bisa Menjadi Inspirasi dan Motivasi untuk Memulai Suatu Usaha

26 Oktober 2024   10:49 Diperbarui: 26 Oktober 2024   10:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5 PENGUSAHA INDONESIA

Robert Budi Hartono

Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, (lahir 28 April 1941) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang. Pada 2022, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Budi Hartono dan Bambang Hartono menduduki peringkat pertama dengan total kekayaan US$ 47,7 Miliar.

 Budi Hartono sendiri menduduki peringkat ke-64 dunia dengan total kekayaan US$ 23,2 Miliar.Pada awalnya, Djarum merupakan perusahaan kecil yang memiliki nama Djarum Gramophon. Namun pada tahun 1951, ayah Budi Hartono mengakuisisi Djarum Gramophon dan melakukan rebranding dengan menggunakan nama Djarum.Pada tahun 1963, pabrik tembakau Djarum sempat mengalami bencana kebakaran besar dan hampir tidak ada yang tersisa. Setelah kejadian itu, Budi beserta dengan adiknya melakukan inovasi sebuah dengan menciptakan beraneka macam produk rokok.Pada tahun 1972, Djarum mulai berkembang bisnisnya dan melakukan ekspansi. Seperti dengan mulai menggunakan mesin produksi rokok, mengekspor produk ke luar negeri, dan yang lainnya. Tidak hanya sampai disitu, Budi Hartono saat ini menjadi pemegang saham terbesar dari Bank Central Asia (BCA).

Anthony Salim

 Anthony lahir di Kudus, Jawa Tengah, tempat ayahnya Liem Sioe Liong (Soedono Salim) merintis usahanya setelah menetap di Indonesia sejak 1938. Nama Tionghoa-nya adalah Liem Fung Seng (dapat diartikan sebagai "menemui hidup yang baru"), suatu nama yang diberikan Liem sebagai rasa syukur setelah ia hampir terbunuh akibat kecelakaan angkot saat dalam perjalanan dari Kudus ke Semarang di tahun 1949. Menurut penulis biografi Liem, Richard Borsuk dan Nancy Chng, Anthoni memiliki karakter yang hiperaktif dan gemar bermain di masa kecilnya, sampai-sampai pernah membuat rumah keluarganya hampir terbakar. Pendidikan dasarnya ditempuh di sekolah Sin Hua dan SMAN 21 di Jakarta, dilanjutkan ke Seventh-Day Adventist School dan St Joseph's Institution di Singapura. Ia lalu melanjutkan pendidikan tinggi di Ewell Country Technical College di Inggris. Meskipun prestasinya biasa-biasa saja, namun karakternya yang kemudian membantunya menjadi pengganti ayahnya. Tiga saudaranya yang lain, Albert Salim, Andree Halim dan Mira Salim, justru kemudian tersingkir dari grup yang didirikan Liem. Albert keluar dari Salim Grup sejak 1980-an, Andree sejak 1998, dan Mira tidak terlibat dalam bisnis keluarganya.

Berasal dari keluarga Salim Group, langkah Anthony terjun ke bidang bisnis tidak semulus yang dibayangkan.Pada tahun 1998, Anthony mencari banyak cara untuk menyelamatkan Salim Group dari lilitan hutang sekitar 55 miliar dan nyaris bangkrut.Salah satu kunci keberhasilan Anthony dalam menjalankan bisnis adalah dengan melakukan inovasi dan ekspansi. Karena hal tersebut, yang  akhirnya membuat Anthony meraih kesuksesan dan memiliki kekayaan sekitar USD 8.5 miliar atau setara dengan Rp 91 triliunContoh inovasi dan ekspansi yang dilakukan oleh Anthony Salim yaitu melakukan inovasi pada produk Indomie dengan memiliki varian rasa dan melakukan ekspor ke berbagai negara.Sehingga Indomie menjadi brand mie instan terbesar di dunia yang meraup keuntungan sebesar USD 5,8 miliar. Untuk ekspansi yang dilakukan Anthony Salim yaitu membuka waralaba  Indomaret pada tahun 1997 dan berhasil menghasilkan kurang lebih 18.113 minimarket yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dato’ Sri Tahir

Tahir,(nama lahir: Ang Tjoen Ming, Hanzi: 翁俊民) (lahir 24 Maret 1952) adalah seorang pengusaha, investor, dan filantropis asal Indonesia yang merupakan pendiri Mayapada Group, sebuah perusahaan induk yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Ia menjadi dikenal karena mampu menjadi orang terkaya kedua belas di Indonesia dan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta untuk kesehatan.  

Tahir lahir di Surabaya pada tahun 1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dia dibesarkan oleh sepasang ayah dan ibu yang menghidupi keluarga dengan membuat becak. Tahun 1971, dia menamatkan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya.

Ketika lulus SMA, Tahir pernah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Cita-cita tersebut kandas pada waktu ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga. Akibatnya, Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya. Ia mendapat beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Di Singapura, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di Surabaya. Dia membeli pakaian wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura dan menjualnya kembali ke Indonesia. Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti pula. Di umur 35 tahun, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, California, Amerika Serikat.

Ferry Unardi

Ferry Unardi lahir di Lahir di Padang Sumatera Barat pada tanggal 16 Januari 1988. Ia adalah salah satu pengusaha muda di Indonesia yang mendirikan perusahaan penjualan tiket online bernama Traveloka. Debut utamanya membangun usaha tersebut dimulai ketika usianya masih 23 tahun yakni pada 2012.

Ferry merupakan anak muda yang nekat dan sangat berani. Hal itu terbukti ketika ia memutuskan untuk kuliah di Harvard University Amerika Serikat selepas menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas. Ia berangkat karena mendapatkan beasiswa akibat kecerdasannya.

Di samping itu, Ferry juga sudah mempunyai jiwa bisnis sejak remaja. Saat kuliah semester satu di Harvard, ia sudah mulai mencoba peruntungan dalam jual beli tiket pesawat terbang. Hasil dari kegigihannya tersebut pada akhirnya berbuah manis dengan lahirnya perusahaan besar seperti sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun