Auguste Comte lahir di Montpellier, Perancis, pada tanggal 19 Januari 1798. Comte pertama kali belajar di École Polytechnique di Paris, di mana ia dipengaruhi oleh matematika dan ilmu alam. Namun, ia kemudian tertarik pada ilmu sosial dan filsafat. Pada tahun 1826, Comte bertemu Saint-Simon, seorang filsuf yang mengenalkannya pada gagasan organisasi sosial yang lebih efisien dan inklusif. Saint-Simon menjadi penasihat Comte dan membantunya mengembangkan gagasannya tentang positivisme.
Comte kemudian menulis karya penting dalam sejarah pemikiran sosiologi, jurnal “The Positivis Magazine”, sebuah majalah yang menyediakan wadah bagi para penulis positivis dan pemikir. untuk berbagi pemikirannya.
Auguste Comte meninggal pada tanggal 5 September 1857 di Paris, Perancis.
Dalam sains, positivisme adalah suatu bentuk pemikiran yang menekankan pada aspek praktis dari pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah. Secara umum, positivisme menggambarkan klaim faktual berdasarkan persepsi (perasaan). Dengan kata lain, positivisme adalah aliran pemikiran yang menegaskan bahwa ilmu pengetahuan alam (empiris) adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai epistemik kajian filosofis atau metafisika. Menurut Anthony Flew dalam Dictionary of Philosophy (1984), dilihat dari asal usul perkembangannya, positivisme merupakan suatu pemahaman filosofis terhadap tradisi Galilea yang muncul dan berkembang pada abad ke 18. Comte sendiri mencoba menggunakan model Galileo untuk menjelaskan kehidupan manusia di dunia. masyarakat. Menurut Comte, konsep dan metode ilmu pengetahuan alam dapat digunakan untuk menjelaskan kehidupan kolektif manusia. Lebih lanjut, kehidupan manusia juga dikatakan berlangsung menurut hukum sebab akibat, dalam segala kondisi dan faktor kemungkinan. Sebagaimana peristiwa-peristiwa di alam semesta yang mematuhi hukum universal, Comte berpendapat bahwa kehidupan manusia selalu dapat dijelaskan sebagai proses mewujudkan hukum sebab akibat. Setiap peristiwa atau tindakan yang salah dalam kehidupan manusia selalu dapat dijelaskan dengan sebab dan akibat yang logis, alami, dan ilmiah. Menurutnya, setiap tindakan tidak dapat dijelaskan sifatnya berdasarkan maksud dan tujuan moral-altruistik dan metafisiknya sendiri. Karena itu adalah sesuatu yang bisa dianggap tidak ilmiah.
Segala sesuatu di dunia ini sempurna. Begitu pula dengan teori filsafat positivisme. Namun selain kekurangan tersebut, ada juga kelebihannya dibandingkan aliran filsafat lainnya. Di bawah ini akan kami sebutkan secara singkat kelebihan dan kekurangan filsafat positivis.
Kelebihan positivisme:
1. Positivisme lahir dari empirisme dan rasionalisme, sehingga tingkat ideologi ini jauh lebih tinggi dibandingkan kedua ideologi tersebut.
2. Hasil dari rangkaian langkah tersebut adalah terciptanya ilmu pengetahuan dimana manusia dapat menafsirkan realitas kehidupan bukan secara spekulatif dan sewenang-wenang, melainkan secara spesifik, definitif, dan pada akhirnya mutlak, teratur, dan valid.
3 .Dengan kemajuan dan optimisme, masyarakat akan terdorong untuk bertindak positif dan kreatif, dalam arti membatasi diri tidak hanya pada pengumpulan fakta tetapi juga dalam memprediksi masa depan.
4. Aktivisme mampu mendorong laju kemajuan di bidang material dan teknologi.
5. Positivisme sangat mementingkan aspek nalar dan ilmu pengetahuan, baik dari segi epistemologi maupun keyakinan ontologis yang melandasi pemikirannya.
Kelemahan positivisme:
1. Analisis biologis yang diubah menjadi analisis sosial dianggap sebagai akar penyebab kemerosotan nilai-nilai spiritual bahkan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Dengan tidak mempercayai sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, pemahaman tersebut akan menyebabkan banyak orang tidak percaya kepada Tuhan, malaikat, setan, surga, dan neraka. Meskipun hal ini benar dalam ajaran agama, namun tetap benar dan ada.
3. Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga tidak lagi merasakan kebahagiaan dan kegembiraan tidak ada lagi.
4. Dia berhenti pada sesuatu yang nyata dan empiris sehingga tidak dapat menemukan pengetahuan yang berharga.
5. Padahal, Positivisme menitikberatkan pada hal-hal nyata yang dapat dijadikan objek kajian, dimana hal-hal tersebut bergantung pada panca indera. Namun perlu Anda ketahui bahwa panca indera manusia itu terbatas dan tidak sempurna. Oleh karena itu, pembelajaran hanya sebatas pada hal-hal yang tampak, padahal banyak hal yang tidak terlihat dapat dijadikan bahan pembelajaran.
6. Hukum tiga tahap yang didalilkan Comte menurutnya merupakan teoritikus yang optimis, namun juga tampak fleksibel, seolah-olah setiap tahap dalam sejarah evolusi merupakan batu loncatan untuk mencapai tahap berikutnya, yang kemudian berpuncak pada apa yang digambarkan sebagai masyarakat positivis. Inilah kelemahan dan kelebihan yang terkandung dalam aliran filsafat positivis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H