Mohon tunggu...
Afifah SetyawaryaniPermata
Afifah SetyawaryaniPermata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Institut Agama Islam Tazkia

Perkenalkan saya mahasiswi semester 7 dengan program studi manajemen bisnis syariah jurusan manajemen keuangan syariah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Risiko Terbesar yang Dihadapi Bank Saat Ini?

3 Januari 2024   18:34 Diperbarui: 6 Januari 2024   04:23 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perbankan di Indonesia saat ini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu pilar penting perekonomian nasional. Industri perbankan Indonesia saat ini terdiri dari tiga kategori utama, yaitu Bank Sentral, Bank Umum Konvensional atau Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Dinyatakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwasannya kinerja industry perbankan Tanah Air masih kuat di tengah berbagai tantangan seperti ketidakpastian global hingga tren suku bunga tinggi pada 2023.

Meskipun demikian, industry perbankan di Indonesia pernah mendapatkan tantangan yaitu mengalami krisis seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998. Krisis yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia dan menyebabkan terjadinya resesi ekonomi, meningkatnya angka pengangguran, dan menurunnya daya beli masyarakat. Krisis ini pun menyebabkan terjadinya kerusuhan sosial pada Mei 1998. Akibat krisis tersebut, pemerintah Indonesia membentuk strategi guna memperkuat pengaturan dan pengawasan perbankan.

Memasuki era modern dengan perkembangan teknologi yang sudah memadai, tantangan yang dihadapi industri perbankan pun berbeda. Seiring berkembangnya teknologi digital, saat ini Indonesia tumbuh banyak bank digital. Selain itu, bank umum juga melakukan pengembangan layanan digital.  Seperti maraknya alat bantu AI untuk memperkirakan aktivitas, memahami tren, dan menganalisis kemungkinan hamper secara real-time untuk melindungi bisnis dan memberikan hasil yang lebih baik kepada pelanggan. Dari kemajuan teknologi inilah yang akan meningkatkan ekspektasi nasabah dan menciptakan risiko baru. Oleh karena itu, adanya tanggung jawab manajemen risiko perbankan diperlukan untuk lebih memahami, memprediksi, dan melindungi risiko-risiko tradisional serta risiko-risiko baru seperti pandemi global dan perubahan iklim.

Risiko Teknologi Pada Industri Perbankan

Beberapa risiko teknologi yang dihadapi industri perbankan saat ini:

Cybercrime

Seiring dengan pekembangan layanan transaksi digital, penipuan digital juga turut berkembang di seluruh dunia. Cybercrime terus menemukan cara baru untuk melakukan pembobolan layanan digital. Berdasarkan data dari Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional, serangan cybercrime di Indonesia pada 2019 mencapai 39.330.231 dan meningkat menjadi 189.937.542 serangan pada 2020.

Risiko Keamanan Siber adalah risiko terjadinya serangan siber yang dapat mengganggu operasional bank, mencuri data nasabah, atau bahkan menyebabkan kerugian finansial. Risiko ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital oleh bank. Dengan kata lain, serangan siber terjadi karena kerusakan sistem informasi perbankan akibat serangan siber.

Conduct Risk

Conduct Risk dapat menyebabkan kerugian finansial bagi nasabah, seperti kehilangan dana, kesulitan mengakses layanan, atau peningkatan biaya. Conduct Risk juga dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan. Risiko ini berkaitan dengan konsekuensi yang dihasilkan dari cara bank memberikan layanan kepada nasabahnya dan bagaimana kinerja lembaga tersebut dibandingkan dengan pesaingnya.

Conduct Risk adalah risiko yang timbul akibat perilaku tidak etis atau tidak professional dari individu atau organisasi yang terkait dengan industry jasa keuangan. Conduct risk dapat berdampak negatif terhadap nasabah, pasar, dan stabilitas sistem keuangan.

Regulatory Compliance

Indonesia merupakan negara yang terus berkembang di Asia Tenggara. Hingga saat ini, pemerintah senantiasa memperbarui dan menyederhanakan regulasi maupun kerangka hukum agar senantiasa sesuai dengan pembangungan dan situasi terkini.

Regulatory Compliance atau Kepatuhan Regulasi adalah tindakan mematuhi smeua peraturan yang berlaku, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga swasta, maupun organisasi profesi. Kepatuhan regulasi penting untuk memastikan bahwa bisnis beroperasi secara legal, etis, dan bertanggung jawab.

The Bottom Line

Risiko yang dihadapi bank modern melebihi pertimbangan keuangan sedrhana atau mengenai pasar sedang naik atau turun. Pencurian identitas dan pelanggaran data, kesalahan penanganan konsumen, atau mengabaikan peraturan dapat membuat bank terjerumus ke dalam masalah.

Dalam konteks bisnis, the bottom line adalah laba bersih atau keuntungan yang diperoleh perusahaan. Laba bersih adalah pendapatan perusahaan dikurangi semua biaya dan pengeluaran. Laba bersih merupakan indikator utama keberhasilan bisnis.

Jenis Risiko di Sektor Perbankan

Dari bermacamnya risiko diatas dimana termasuk kedalam risiko digital, adapun risiko lainnya yang terjadi pada industri perbankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun