Mohon tunggu...
Afifah Ratna Dewi
Afifah Ratna Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Education Technologist.

Pendidikan dan pekerjaan saya di bidang pendidikan membawa mimpi saya untuk menjadikan pendidikan yang berkualitas di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Krisis Orang Jujur

21 Agustus 2016   14:34 Diperbarui: 21 Agustus 2016   14:43 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan adalah tombak peradaban; juru kunci kesejahteran ” - Lenang Manggala -

Mungkin judul essay ini sedikit jadul atau terdengar klise, but I don’t know why tangan saya gatel pengen bahas masalah ini. Mengenai judul, mengapa saya pilih orang jujur? Kenapa bukan orang cerdas? Orang cerdas banyak. Kita tidak kekurangan orang-orang cerdas. Masih banyak siswa yang dikirim ke luar negeri untuk berkompetisi di dunia internasional. Tetapi orang jujur amatlah sedikit karena kejujuran itu berawal dari pendidikan karakter seseorang. Contoh yang paling buruk dari menyimpangnya pendidikan karakter adalah korupsi.

Dimulai dari duduk di bangku sekolah, guru memberikan PR dan lupa mengerjakannya, “ liat dong gue lupa semalem ada PR. Gak solid lu ah ” solid? Haruskah kita bekerja sama untuk keburukan orang lain? Saat ulangan umum, “ eh nanti tengok-tengok ya, yang pinter bagi-bagi jangan pelit ” saya sedih mendengarnya tetapi memang itulah kenyataannya.

Saya pun pernah mengalaminya di masa sekolah. Bahkan saya pernah mendengar hal tersebut dari guru saya sendiri. Ya, dia yang menyuruh kami melakukan hal yang sepantasnya tidak dilakukan. Saya juga pernah menerima beberapa respons dari seorang guru yang mengawas ujian kenaikan kenaikan kelas seperti, “ kalo mau nyontek diem diem aja jangan berisik nanti kedengeran kelas sebelah. ” saya ingin tertawa tetapi juga ingin menangis. Ya, kalau bisa saya ingin melakukan keduanya secara bersamaan.

Seperti itukah tanggapan dari seorang pendidik? Pendidik seyogyanya meluruskan yang salah bukan membenarkan yang salah. Terlihat jelas bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan saat ini. Pemerintah seharusnya menaruh perhatian yang serius terhadap sistem pendidikan di Indonesia

Membangun kota yang rapi dan indah memanglah penting tetapi membangun pendidikan yang kuat adalah yang paling penting. Karena lewat pendidikan lah akan mencetak kader-kader bangsa yang unggul. Melalui anak-anak bangsa lah negara ini akan dijalankan. Pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi untuk mengatasi masalah ini demi mewujudkan tujuan negara.

Mencontoh dari negara Jepang, setelah kota hiroshima dan nagasaki hancur lebur oleh bom atom sekutu, pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh pemimpinnya bukanlah “ berapa kerugian yang kami derita ” melainkan “ ada berapa guru yang selamat ” betapa Jepang sangat mempedulikan pendidikan. As you see, Jepang telah bangkit dan menjadi salah satu negara yang paling berpengaruh di dunia.

71 tahun kami merdeka, tapi apakah kami benar-benar sudah merdeka? Pemerintah harus bertindak cepat. Merombak sistem pendidikan saat ini. Jangan hanya menyetujui perjanjian MEA dan AFTA saja tapi tidak mempertimbangkan apakah anak-anak bangsa sudah siap menghadapi persaingan global? Penganggur berpendidikan sudah banyak di negeri ini. Jika tidak ada tindakan tegas negara ini akan kembali dijajah. Bahkan lebih parah dari kolonialisme.

Dengan tulisan ini saya mengajak para pembaca untuk ikut berkontribusi memajukan negara tercinta, Indonesia. Lakukanlah hal yang menurut anda baik untuk negara ini. Jangan diam melihat hal-hal tersebut menjadi kebiasaan yang lumrah bagi anak-anak bangsa. Lets fight against cheat.

“ Jangan tanya apa yang negara berikan padamu tapi tanyakanlah apa yang telah kau berikan untuk negaramu ” –John F. Kennedy-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun