Mohon tunggu...
Afifah Rahmadani
Afifah Rahmadani Mohon Tunggu... Animator - Public Relations Student

Welcome readers

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Media TV di Era Industri 4.0 dalam Upaya Menjaga Eksistensinya

7 Mei 2021   13:53 Diperbarui: 7 Mei 2021   14:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Selain media nya yang bergeser Bapak Yohanes menyatakan bahwa tayangan-tayangan yang ada di sosial media lebih disukai karna lebih cepat persebarannya dibandingkan ditelevisi, namun ia mengatakan bahwa dari cepatnya tersebar berita tersebut juga kemudian menimbulkan kevalidan dari berita tersebut. 

Ia membandingkan dengan proses penayangan dan perebaran berita dan informasi ditelevisi yang harus diolah lagi sebelum bisa naik dan tayang ditelevisi. 

Beliau mengatakan jika berita yang tayang ditelevisi dinilai lebih lama tayanganya daripada sosial media selain karna harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu kemudian juga harus terpercaya, sebab wartawan atau jurnalis memiliki kode etik kerja yang harus dipatuhi, mereka harus mencari narasumber terkait berita yang bersangkutan agar berita tersebut dapat dikatakan laiak untuk diolah dan kemudian disebarluaskan serta diinformasikan. Maka perjalanan yang panjang harus dilalui oleh Tv untuk menyajikan berita yang ditayangkan.

Kevalidan berita di sosial media yang diragukan kemudian akan menjadi berita yang biasa kita sebut dengan hoax. Kemudian selain proses pengolahan yang panjang oleh televisi sebelum menayangkan berita ditelevisi serta kode etik jurnalis yang harus ditaati terkait kesahihan informasi, adapun kode etik jurnalis lainnya yang harus ditaati oleh seorang wartawan atau jurnalis. Biasanya berita kecelakaan atau musibah atau bencana sering kali menghadirkan korban. 

Para jurnalis harus mematuhi tentang privasi para korban yang harus dilindungi, dan terkadang disosial media berita yang sama terkait korban bencana atau musibah itu malah dihadirkan wajah dari korban tersebut. Jadi perbandingan penyajian berita tersebut terkadang membuat para penonton atau pembaca berita lebih suka melihat berita yang dihadirkan sosial media.

Selanjutnya materi dari Melisa Candasari sebagai Presenter Talkshow Tv One dan juga sebelumnya pernah bertugas sebagai jurnalis di ANTV. Melisa bercerita tentang pengalamannya dulu sebagai jurnalis dengan susahanya mendapatkan berita dan salah satu pengalamannya saat ikut liputan ke London bersama Bapak SBY yang kala itu menjabat sebagai presiden Indonesia. Disana ia ikut Pak SBY ke Buckingham dan disana yang tidak berkepentingan disuruh menunggu diluar. 

Dan pada saat itu yang menjadi perhatian adalah ketika Pak presiden diberikan jersey Arsenal, namun dengan terhalangnya para jurnalis tidak diperbolehkan masuk maka peliputan hal tersebut sangat menjadi langka karna sulit untuk didapatkan, bahkan foto saat Pak presiden menerima jersey tersebut pun hanya ada 1 buah. 

Kemudian ia harus terima tidak mendapatkan foto dari Pak presiden. Jadi beliau menginformasikan bahwa perjuangan seorang jurnalis untuk dalam memburu dan mendapatkan berita itu sungguh lah penuh usaha. Maka sangatlah tidak mudah untuk menghadirkan berita untuk ditayangkan ditelevisi.

Selain menceritakan pengalamannya saat menjadi jurnalis ia juga membagikan cerita bagaimana ia sebagai orang dibalik layar berjuang untuk mempertahankan jalannya program, bagaimana harus menciptakan ide-ide baru lagi setiap saatnya untuk mempersiapkan programnya lagi esok harinya. Melisa juga menunjukan contoh bagaimana sebuah stasiun televisi menghadirkan program dengan menggaet bintang yang sedang terkenal didunia digital youtube. 

Ia menceritakan bahwa hak tersebut juga sebagai strategi agar program tersebut mendapat engage penonton dengan membawa para penonton youtube channel sang bintang tersebut untuk menonton bintangnya ketelevisi. Kemudian dia juga menghadirkan perbandingan tayangan yang menghadirkan budaya korea yang ditayangkan karena tidak dipungkiri bahwa korea telah banyak memengaruhi anak muda di Indonesia atau bahkan dibelahan dunia lainnya. 

Maka yang ingin disampaikan oleh Melisa itu adalah bagaimana konten sebagai isi dari program itu yang menciptakan ketertarikan penonton. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun