Hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Arab Saudi telah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Awalnya hubungan kedua negara tersebut lebih dikenal dengan sebutan hubungan perdagangan antara wilayah Nusantara dan Arab Saudi. Kedua negara tersebut memiliki beberapa kontrak kerjasama dari berbagai bidang. Kontak paling awal kedua negara tersebut terkait dengan masalah perdagangan. Saat itu pada masa peradaban Funisia dan Saba, kapal-kapal Arab Saudi dan Persia yang akan berdagang dengan Tiongkok, telah berinteraksi dengan wilayah Nusantara. Pada buku "What Happened in History" yang ditulis oleh Gordon Childe menuturkan bahwa kapal dari bangsa Polinesia, yang saat itu termasuk Indonesia, sering terlihat di Mediterania dan Mesir sejak 3000 tahun sebelum Masehi.
Pada masa sekarang ini, Kedua negara semakin mengeratkan hubungan kedua belah pihak mengikuti perkembangan zaman. Baru-baru ini saja, pelaku usaha Indonesia dan 5 pelaku usaha Arab Saudi melakukan penandatangan kerjasama dengan nilai kontrak senilai lebih dari 155,7 juta dolar AS atau setara dengan 2,3 triliun rupiah. Penandatanganan ini telah disaksikan langsung oleh Menteri Perdagangan Indonesia (Mendag) bernama Zulkifli Hasan. Penandatanganan ini dilakukan pada senin tanggal 23 januari 2023 yang dilakukan di Kantor Federation Saudi Chamber yang berada di Jeddah, Arab Saudi. Isi dari perjanjian perdagangan kedua negara terdiri dari beberapa kontrak dagang, perjanjian kerja sama, serta nota kesepahaman (MoU). Harapannya kerjasama kedua negara ini akan terus berlanjut dengan komoditas yang semakin banyak jenisnya serta transaksi dagang yang semakin besar.
Pada kesepakatan kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Arab Saudi, Indonesia memiliki beberapa produk unggulan yang akan diekspor ke negara penghasil minyak terbesar tersebut. Beberapa contoh komoditas yang akan di ekspor Indonesia ke Arab Saudi diantaranya ialah bahan pangan, minyak goreng, RBD palm olein, produk ikan dan olahannya, sayuran dan olahannya, daging, buah-buahan, beras, kakao, rempah-rempah, mie telur, serta arang. Beberapa produk utama yang juga diekspor ke Arab Saudi seperti kendaraan bermotor, saus dan olahannya, minyak kelapa sawit, kecap, aneka biskuit, serta olahan pasta. Selain beberapa kerjasama terkait komoditas ekspor tersebut, masih ada dua MOU khusus yang membahas tentang pemenuhan kebutuhan jemaah haji dan umrah khususnya untuk komoditas makanan ikan serta olahannya, sayuran, maupun daging dalam berbagai jenis kemasan. Perwakilan pedagang Indonesia di luar negeri diharapkan untuk siap mempromosikan produk, memperluas pasar, serta membantu para pelaku usaha dalam meningkatkan ekspor.Â
Sementara itu, dari berbagai komoditas barang maupun pangan yang diekspor ke Arab Saudi, ada beberapa komoditas yang diimpor Indonesia yang berasal dari Arab Saudi seperti berbagai produk kimia contohnya alkohol as Zeiclick, polimer propilena, hidrokarbon asiklik, polimer etilena, dan poliasetal.Â
Hubungan kerjasama diplomatik kedua negara ini sudah berlangsung sangat lama dibuktikan dengan adanya Perwakilan RI yang berada di Jeddah. Bahkan Indonesia sudah memiliki kantor Konsulat Jenderal RI di Jeddah dan kantor kedutaan besar Republik Indonesia yang awalnya berada di Jeddah lalu dipindahkan ke Riyadh tahun 1985 karena terjadi pemindahan letak ibukota Arab Saudi saat itu. Hubungan kerjasama kedua negara juga didukung dengan fakta bahwa negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas masyarakat Muslim terbesar di dunia dan dengan jumlah jamaah haji terbesar setiap tahunnya. Hal ini membuat banyak keperluan serta pasokan seperti makanan yang perlu disediakan oleh negara. Banyak tempat yang kemudian menjual produk Indonesia di Arab Saudi karena jumlah masyarakat Indonesia yang semakin bertambah khususnya saat masa ibadah haji. Saat ini, kedua kepala negara terus berusaha meningkatkan serta memperluas hubungan kerjasama terutama dari sektor ekonomi dan perdagangan. Baru-baru ini, terdapat lebih dari 40 buah perjanjian bilateral antara negara Indonesia dengan negara Arab Saudi.
Arab Saudi merupakan mitra dagang di kawasan timur tengah yang penting bagi Indonesia, namun potensi perdagangan kedua negara belum optimal. Indonesia terus berusaha memperkuat laju ekspor produk UMKM lokal ke pasar luar negeri, salah satunya negara Arab Saudi. Menteri Perdagangan Indonesia menuturkan bahwa terdapat potensi besar dari kedua negara dan sangat berharap kedua negara memiliki semakin banyak kontak perdagangan yang bisa menguntungkan antar pihak. Hal ini yang membuat Indonesia mengusulkan membentuk kemitraan komprehensif bilateral Indonesia-Arab Saudi agar meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi kedua negara. Kemitraan ini kemudian diberi nama Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), yang merupakan kerjasama ekonomi perdagangan antara Indonesia dengan Arab Saudi melalui organisasi Gulf Cooperation Council (GCC).
Pada momen ini, diharapkan juga bisa membuka peluang bagi produk negara Indonesia untuk semakin dikenal oleh masyarakat Arab Saudi, terutama dalam meningkatkan ekspor non migas. Kepala ITPC Jeddah Muhammad Rivai Abbas menyampaikan bahwa dengan melalui penandatanganan kerjasama ini, terdapat harapan bahwa hubungan perdagangan dan ekonomi kedua negara akan semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kemendag Indonesia, total perdagangan kedua negara pada 2021 mencapai 5,5 miliar dolar AS. Kemudian meningkat pada bulan Januari sampai November tahun 2022 dengan total dari perdagangan Indonesia-Arab Saudi mencapai kurang lebih 7,5 miliar dolar AS dengan rincian nilai impor senilai 5,5 miliar dolar AS dan nilai ekspor mencapai 2 miliar dolar AS (meningkat 40%). Angka ini meningkat sebesar 45,42 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar 4,8 miliar dolar AS.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H