Mohon tunggu...
Afifah Nur Khoirunnisa
Afifah Nur Khoirunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Hobi saya adalah menggambar, menulis, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Goes to UNESCO, Indonesia Daftarkan Kebaya bersama 4 Negara Lainnya

30 Maret 2023   07:33 Diperbarui: 30 Maret 2023   18:58 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebaya merupakan warisan budaya berbentuk busana yang berasal dari leluhur Nusantara, kebaya sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan menyebar ke beberapa negara sekitarnya. Indonesia, bersama ke 4 negara ASEAN lain yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, dan Brunei Darussalam resmi mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO dalam bentuk joint nomination. Joint nomination berarti beberapa negara yang mengajukan kebudayaan secara bersama setiap setahun sekali. Sidang resmi UNESCO tentang penetapan Intangible Cultural Heritage (ICH) atau yang bisa kita sebut dengan istilah "warisan budaya tak benda" yang mengacu pada penetapan pendaftaran kebaya ini besar kemungkinan akan dilakukan pada akhir tahun, antara bulan November ataupun Desember. Awalnya, Indonesia berencana untuk mendaftarkan kebaya melalui single nomination, yang berarti suatu kebudayaan, dalam hal ini kebaya, akan dianggap menjadi hak paten milik satu negara. Namun langkah ini dirasa kurang tepat mempertimbangkan beberapa peraturan dan situasi yang ada.

Fenomena pendaftaran kebaya ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya tak benda ini termasuk salah satu contoh komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua atau lebih kebudayaan dengan tujuan mengurangi tingkat kesalahpahaman dan meminimalisir terjadinya konflik, dalam hal ini upaya dari Indonesia dan keempat negara lainnya untuk meminimalisir konflik saling rebut pengakuan suatu kebudayaan. Berdasar buku "Strategi Komunikasi dalam Bisnis" tahun 2020 karya P. Eddy Sanusi Silitonga, komunikasi lintas budaya merupakan proses dari pengalihan ide atau gagasan satu budaya ke budaya lain atau proses terjadinya komunikasi berbagai unsur kebudayaan dengan tujuan untuk saling mempengaruhi.

Gerakan yang mengusung tema 'Kebaya Goes to UNESCO' mulai ramai sejak Agustus tahun 2022 dan sering disuarakan di linimasa media sosial Indonesia serta yang ditampilkan langsung pada sejumlah hari peringatan nasional maupun pada festival kebudayaan. Indonesia dan beberapa negara lain memasukkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda setelah melalui beberapa pertimbangan. Keputusan ini diperoleh setelah melalui focus group discussion (FGD) antara 5 anggota negara, Dirjen Kebudayaan Kemenristek Dikbud, dan Kementerian Luar Negeri dari UNESCO yang diadakan beberapa waktu lalu di Jakarta. Beberapa tokoh besar di Indonesia seperti Ibu negara dari Indonesia (Bu Iriana Jokowi), Dian Sastrowardoyo, para menteri perempuan kabinet 'Indonesia Maju' sampai para diaspora Indonesia yang berada di Washington turut mendukung penuh gerakan yang berlandaskan kebudayaan ini. 

Indonesia sendiri tak hanya kaya akan alam yang indah tapi juga kaya akan budayanya serta tradisi yang ada. Sejak tahun 2013, Indonesia telah tercatat memiliki setidaknya 1.528 warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud Ristek yang bisa diajukan ke UNESCO. Jika semua kebudayaan ini diusulkan ke UNESCO akan dibutuhkan setidaknya 3.000 tahun sebab pencatatan ini hanya bisa diakomodasi setiap dua tahun sekali oleh UNESCO. kebaya Indonesia pun masih diperdebatkan. Mengingat ada pengaruh dari Portugis, Arab, Tiongkok, dan budaya lainnya. Di Indonesia sendiri eksistensi kebaya semakin menonjol menggeser trend pakaian barat dan muslim, terutama setelah ada peraturan dari sejumlah instansi pusat bagi pegawainya untuk memakai pakaian adat pada hari tertentu. Kebaya asal Indonesia pun masih diperdebatkan asal usulnya, hal ini mengingat adanya pengaruh dari beberapa negara seperti Portugis, Tiongkok, Arab, dan budaya lainnya.

Kebaya bisa kita kategorikan sebagai 'shared culture' atau kultur bersama dengan negara-negara serumpun di Asia Tenggara, meskipun tiap negara bahkan daerah memiliki detail corak yang berbeda. Oleh sebab itu, narasi yang akan kita gunakan untuk mempromosikan kebaya sebaiknya tidak mendiskreditkan negara lain dengan mengklaim bahwa negara lain mengambil budaya kita. Sebenarnya, suatu hal yang terdaftar di UNESCO tidak serta merta berarti pengakuan atas hak eksklusif maupun hak milik dari suatu budaya serta bukan juga tentang orisinalitas atau ke-otentikan-nya suatu elemen budaya, melainkan memiliki makna kontribusi suatu elemen budaya tersebut pada nilai-nilai kemanusiaan maupun keberlanjutan dari nilai-nilai universal untuk kemanusiaan, jelas kontributor dari buku "Kebaya Melintasi Masa".

Menurut Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), proses pengusulan pendaftaran  kebaya sebagai warisan budaya tak benda dimulai ketika Perdana Menteri Malaysia yang bernama Dato' Sri Ismail Sabri bertemu dengan Presiden RI, Joko Widodo di Jakarta pada tahun 2021. Pertemuan ini membicarakan pengusulan bersama warisan budaya tak benda yang memiliki sejarah shared culture, salah satunya kebaya sekaligus membicarakan berbagai peluang kerja sama di berbagai bidang yang salah satunya adalah bidang kebudayaan. Setelah berdiskusi panjang kemudian disepakati untuk mengajak negara-negara anggota ASEAN lain yang juga memiliki tradisi pakaian kebaya untuk bergabung bersama dalam menominasikan kebaya di UNESCO. Hal ini disampaikan pada rangkaian workshop Pengusulan Kebaya Sebagai Nominasi Multinasional di Jakarta, pada hari Selasa tanggal 7 Februari 2023.

Hal yang ingin dicapai setelah mendaftarkan kebaya dengan bentuk joint nomination adalah untuk merealisasikan tujuan Konvensi UNESCO 2003 dalam perlindungan warisan budaya tak benda yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghormati keragaman budaya yang ada, serta memberikan pengakuan terhadap praktik serta ekspresi komunitas di seluruh dunia dalam upaya perlindungan warisan budaya tak benda. Pengusulan Kebaya ini salah satunya juga bisa menjadi momentum dalam memperkuat persatuan dan solidaritas antar negara regional ASEAN. Kegiatan ini juga dapat kita manfaatkan dengan baik sebagai ketua dari ASEAN tahun 2023 dengan menjadi bagian dari momentum Indonesia untuk memainkan peran penting dalam memperkuat kolaborasi di antara negara-negara anggota ASEAN dan mewujudkan perdamaian serta kesejahteraan kawasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun