Mohon tunggu...
Afifa Liza
Afifa Liza Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations

Whatever you are, be a good one.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Praktik Diplomasi Pada Masa Rasulullah (Perang Badar)

13 September 2022   14:00 Diperbarui: 17 September 2022   15:19 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada artikel sebelumnya, telah disebutkan dan digambarkan singkat mengenai bagaimana hijrahnya Nabi Muhammad dan para sahabat ke Madinah serta terjadinya kesepakatan yang biasa kita sebut dengan Piagam Madinah. Nyatanya, praktik diplomasi pada masa Rasulullah tidak hanya sampai disana. Beberapa peristiwa lainnya mengukir sejarah panjang bagaimana implementasi diplomasi Islam berjalan dengan baik dan dapat diterima. Berikut beberapa peristiwa yang menandai terjadinya diplomasi dalam sejarah panjang Islam.

Perang Badar

Setelah disepakatinya Piagam Madinah belum berarti menandakan berakhirnya tantangan dan perjuangan yang akan di hadapi oleh Nabi Muhammad sebagai pemimpin masyarakat. Ibaratnya, Piagam Madinah hanya menandai berakhirnya dari fase satu dan beralih kepada fase berikutnya.

Tampak jelas bahwa musuh-musuh Nabi Muhammad yang berada di kota Mekkah tidak menyukai Nabi Muhammad hidup dalam kebebasan menyiarkan dakwah dan menikmati suasana damai. Mereka berusaha merencanakan untuk mengarahkan kekuatan yang lebih besar untuk mengancam posisi Nabi Muhammad di Madinah.

Orang-orang Yahudi di Madinah adalah musuh internalnya, sedangkan orang-orang Quraisy Mekkah mengerahkan kekuatan untuk menghajar Nabi Muhammad. Hal ini membuat posisi Nabi Muhammad di Madinah mendapatkan ancaman dari luar dan dalam.

Rasulullah pada saat itu berusaha untuk membentuk aliansi dengan berbagai pohak dengan cara menandatangani kesepakatan dengan orang-orang Yahudi dan suku-suku yang ada di Madinah. Namun, belum selesai rencana tersebut, orang-orang Quraisy telah memasuki kawasan Madinah.

Posisi sulit dirasakan oleh pasukan Islam tatkala baru berjumlah 313 orang yang harus menghadapi musuh di medan perang badar. Dari sejarah ini ada momen yang bisa dibilang epic, tatkala ada dua orang Islam yang berusaha ikut bergabung dalam peperangan ini. Mereka ialah tahanan orang-orang Quraisy dan sudah menandatangi perjanjian untuk tidak ikut angkat senjata pada perang Badar. Dua orang ini terus menyatakan secara suka rela untuk membantu Nabi Muhammad dan pasukannya.

Apa yang terjadi? Nabi Muhammad justru menolak tawaran itu dengan halus dan penuh bijaksana serta menasehati mereka untuk kembali. Beliau tidak bisa memberikan izin karena dua orang ini telah terikat janji dalam kondisi bagaimanapun.

Hasil akhir perang ini tidak dapat dibayangkan, pada kenyataannya orang-orang Quraisy kalah dan kemenangan di miliki oleh pasukan Muslim. Nabi Muhammad dan pasukannya tidak sombong akan kemenangan tersebut, mereka kembali menampakkan kehormatan dan kebijaksanaannya saat memperlakukan musuh yang pernah menindas mereka dengan kejam. Seluruh dendam dikubur rapat-rapat dan semua hal yang mengenai sakit hati yang bersifat pribadi telah mereka buang demi kedamaian dan keadilan.

Referensi:

Afza Iqbal. Diplomasi Islam. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2000

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun