Sejak bulan April lalu, Indonesia dilanda musim kemarau. BMKG pun memprediksi bahwa kemarau tahun ini akan lebih panas dan kering dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini rupanya telah menjadi kenyataan. Kemarau yang biasanya berakhir pada bulan Agustus kini tak kunjung berakhir juga. Bulan September pun dikatakan sebagai puncak kemarau tahun ini. Akan tetapi, suhu di Indonesia tidak menunjukkan perubahan yang signifikan bahkan saat memasuki bulan Oktober.
Kemarau panjang di tahun 2023 ini dapat terjadi karena adanya fenomena alam El Nino. Fenomena alam ini terjadi ketika Suhu Muka Laut (SML) tinggi. Selain El Nino, musim kemarau juga terjadi akibat pemanasan global. Untuk menghindari pemanasan global yang semakin memburuk, masyarakat diimbau untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan beralih ke transportasi umum, membatasi penggunaan AC, serta mengurangi pembuangan sampah makanan.
Musim kemarau yang tak kunjung usai ini menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia. Kekeringan menyebabkan area persawahan dan perkebunan kekurangan air. Akibatnya, harga kebutuhan pokok seperti beras dan gula pun mengalami kenaikan. Selain itu, kekeringan juga mengakibatkan sulitnya mencari air bersih di beberapa wilayah di Indonesia.
Musim kemarau menyebabkan kasus kebakaran semakin banyak terjadi dan sulit ditangani. Sebagai contoh, kebakaran telah menghanguskan sekitar 19 hektar lahan di kawasan konservasi di Sulawesi Utara. Sumber api mungkin saja berasal dari lahan pertanian yang tidak terlalu luas dan mudah untuk dipadamkan. Akan tetapi, di musim kemarau seperti ini, api menjadi lebih mudah menyebar.Â
Selain di Sulawesi Utara, kebakaran terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan, beberapa kasus kebakaran terjadi di pemukiman padat penduduk yang menyulitkan petugas pemadam kebakaran untuk menjangkau area tersebut. Sumber air yang mengering juga menyulitkan pemadaman. Oleh karena itu, pemerintah daerah menyikapi serius masalah ini dan mulai mengambil tindakan untuk mencegah keadaan semakin memburuk. Sebagai contoh, pemerintah kota Surakarta merencanakan pembuatan penampungan air di wilayah pemukiman padat penduduk.
Masalah kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pun turut memperburuk keadaan. Musim kemarau menyebabkan debu-debu di udara meningkat dan mempengaruhi kesehatan saluran pernapasan. Penyakit-penyakit seperti batuk, pilek, hingga demam mulai banyak diderita masyarakat. Kulit pun menjadi belang akibat paparan sinar matahari yang terik di siang hari. Untuk menghindari penyakit-penyakit tersebut, masyarakat dapat memakai masker ketika berkendara, mengurangi konsumsi minuman yang mengandung es untuk menyegarkan tubuh, banyak minum air putih, dan menggunakan tabir surya atau sunscreen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H