Judul ini terinsipirasi dari pemberitaan terkait dengan sikap salah satu anggota DPR pesimis terkait dengan diversivikasi energi [1]. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi Munawar Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2018. Dia pesimistis dengan arah pengembangan diversifikasi energi nasional. Nota Keuangan APBN 2018 semakin menegaskan bahwa proyeksi lifting minyak terus mengalami penurunan sejak tahun 2015. Bahkan dapat saya katakan bahwa pemerintah masih fokus pada energi fosil, hal ini terlihat dari pemberitaan yang sering di bahas di media.
Kemudian tidak hanya masalah diversvikasi, namun dilihat dari keseluruhan bagian energi terdapat fakta itu 70% konflik di dunia disebabkan perebutan energi dan minyak. Seperti yang kita tahu, bahwa. Contohnya adalah konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah (Arab Spring) lebih banyak dipicu perebutan energi dan minyak dari berbagai negara di bumi ini karena di sana merupakan wilayah penghasil minyak terbesar di dunia. Energi merupakan permasalah yang kompleks, karena banyaknya pihak yang terikat didalamnya, bahkan adanya isu politik. Penyelesaian permasalahan terkait energi tidak hanya berfokus pada teknologi namun berhubungan dengan aspek lainnya seperti ekonomi, politik, dll.
Berita energi tidak melulu mengenai potensi yang besar dari energi terbarukan yang terkait demgan diversivikasi energi, meskipun pembahasan terkait EBT sedang santer karena potensinya yang besar. Kenyatannya energi fosil menjadi sumber utama pasokan listrik. EBT sudah mulai diimplementasikan di Indonesia, namun masih dalam skala yang tidak besar atau hanya dapat melayani area tertentu.
Kembali ke sifat dasar energi sebagai dasar kehidupan, sehingga ketersediannya terus diawasi oleh pemerintah agar pasokannya selalu ada. Pengembangan ketahanan energi terus didorong untuk mempersiapkan potensi energi fosil yang terus menurun dan diestimasikan akan habis di tahun 2056. Namun pengembangan energi terbarukan terus menghadapi masalah dan persentase yang dapat digunakan sebagai energi listrik masih jauh dibawah 10%.Â
Belum lagi masalah yang muncul dari proses pembuatan instalasi dan infrastruktur EBT, hingga operasional dari instalasi tersebut. Masalah yang muncul beragam, mulai dari permasalahan finansial, sulitnya untuk mengakses sumber EBT tersebut (khususnya jenis biomassa), keurang terampilnya masyarakat sekitar untuk mengelola peralatan tersebut, hingga masih ada penggunaan bahan dan peralatan yang berkualitas rendah sehingga mudah rusak.
Diversivikasi dapat dilakukan ketika sumber daya manusia, teknologi, dan sumber daya alam (sumber EBT) sudah tersedia dengan baik, mudah dijangkau keberadaannya (listrik), harganya mampu dibeli oleh masyarakat dan keberlanjutannya sudah dapat dipastikan, jika tidak EBT bisa jadi menimbulkan masalah baru, bukan menyelesaikan masalah seperti yang diharapkan oleh orang-orang saat ini.
Energi fosil akan habis kurang dari 30-40 tahun kedepan jika diversivikasi energi tidak dimulai.Â
Namun masyarakat harunsya tidak khawatir karena kemungkinan kelangkaan energi tidak akan terjadi melalui proses penghematan energi. Terkesan hal yang mudah, namun proses penghematan energi sangat perlu dilakukan oleh setiap manusia tanpa terkecuali.
Proses penghematan energi dapat mulai dilakukan jika setiap orang mulai menyadari pentingnya dari kegiatan tersebut. Hal yang dapat mulai dilakukan adalah, menghitung penggunaan energi. Perhitungan tidak harus dilakukan dengan detail dan rumit, namun dapat dimulai dengan mencoba memperhatikan dengan lebih seksama.
Bagaimana pemakaian energi dimulai dari bangun tidur seperti :
- Mematikan dan menghidupkan lampu dengan efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan mematikan lampu ketika waktu sudah pagi dimana sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan dan menghidupkan lampu jika malam sudah tiba. Selanjutnya mematikan lampu jika tidak dibutuhkan khususnya untuk ruangan yang tidak digunakan.
- Penggunaan AC hal ini juga terkait dengan suhu yang digunakan yaitu hanya sekitar 250C. Jangan menggunakan AC dengan suhu terlalu dingin, karena akan menghabiskan banyak listrik dan juga kurang baik untuk tubuh manusia. Usahakan tidak menggunakan AC sepanjang hari, matikan AC pada beberapa waktu lalu nyalakan kembali. Namun yang sering saya temukan, banyak bangunan yang saat ini menggunakan AC yang diatur di ruangan control/central, sehingga pengaturan suhunya sangat rendah, hal ini sangat disayangkan karena menghasbiskan banyak listrik.
- Perhatikan ketikan pemakaian charger. ketika sudah selesai digunakan, biasakan untukmencabut kabel charger dari stop kontak, karena hal tersebut menggunakan energi listrik.
- Mulai membiasakan diri jalan untuk jarak yang dekat. Hal ini mungkin akan sulit dilakukan namun jika memungkinkan untuk dilakukan akan membantu menghemat energi
- Mengurangi pemakaian mobil apalagi jika hanya dikendarai seorang diri, mulai membiasakan diri menggunakan transportasi umum. Hal ini menjadi masalah besar di ibukota dimana sebagian besar masyarakat menggunakan kendaraan pribadi karena banyak alasan seperti menghindari perbuatan kejahatan, hingga untuk kemudahan dalam mengakses lokasi jika dibandingkan dengan menggunakan transportasi umum.
Dukungan pemerintah seperti regulasi dan perbaikan infrastruktur tekait hal-hal yang saya sebutkan diatas perlu dilakukan di masa mendatang. Regulasi yang sesuai juga penerapan di masyarakat perlu dilakukan dengan tegas sehingga apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi regulasi tersebut dapat dihukum.