Berangkat dari permasalahan sindir menyindir masalah pencapresan memang sebenarnya 'siapa sih yang layak jadi presiden di tahun 2014?' kalau rupa masih seperti ini.Â
Ucapan panas Bambang Wuryanto memanggil 'celeng' pada siapapun yang mendeklarasikan pencapresan karena dianggap sebagai banteng yang keluar dari lajur pun menjadi awal dari 'acara' sindiri menyindir ini. Ucapan dari Bambang Wuryanto sebenarnya adalah sindiran bagi Ganjar Pranowo dan pendukungnya yang dinilai tidak sesuai dengan keinginan partai.Â
Hal-hal seperti ini sebenarnya memang maklum di dunia perpolitikan 'konflik internal' adalah makanan sehari-hari terutama bagi 3 partai gemuk yaitu; PDI Perjuangan, Golkar dan Demokrat yang memiliki struktur kepengurusan dan anggota yang sangat banyak dan riweuh.Â
Hanya saja kali ini konflik internal partai PDI Perjuangan di up ke media dan menurut saya ini adalah hal yang merusak citra kancah perpolitikan Indonesia, memberikan teladan buruk bagi masyarakat. Manusia bukannlah hewan, bahkan di kehidupan sehari-hari ucapan seperti 'anjing' atau 'babi' adalah ucapan kasar yang tidak seharusnya diucapkan.Â
Namun, kali ini malah diucapkan oleh tokoh masyarakat pula. 'Celeng' atau babi hutan menurut saya adalah istilah yang kasar bila diberikan kepada manusia. Ini benar-benar hal yang tidak senada dengan citra budi pekerti baik partai dan para anggotanya. Memberikan respons yang tak pantas pada anggota sekawannya, ini kan menggambarkan bahwa rupanya komunikasi antar anggota dalam PDI Perjuangan masih kaku dan demokratis, keterbukaan yang tercipta tidak seimbang.
Sebenarnya dalam komunikasi politik hal-hal saling sindir atau memberikan ungkapan-ungkapan negative merupakan salah satu strategi kampanye menyerang atau attacking campaign. Kampanye menyerang atau attacking campaingn sendiri terbagi dua yaitu; Negative Campaign yang berarti memberikan sisi negative atau kelemahan lawan politik namun, sesuai dan berdasarkan dengan fakta.Â
Berbeda dengan black campaign yang penuh fitnah dan kebohongan politik guna mendukung kepentingan poltik calon yang diusung. Nah, hal yang dilakukan oleh PDI Perjuangan ini adalah jenis attacking campaign yaitu negative campaign.
Negative campaign sebenarnya adalah sesuatu yang diperbolehkan berbeda dengan black campaign yang cenderung memfitnah dan tidak sesuai dengan fakta dan bahkan bisa dikenai tindak pidana. Mengapa masuk negative campaign bukan black campaign? Karena memang sebuah fakta bahwa Ganjar Pranowo mendeklarasikan pencapressannya dan diberikan dukungan oleh orang-orang dan tokoh sekitar untuk maju menjadi presiden di tahun 2014, hanya saja karena menurut kader lain tidak sesuai dengan keinginan partai maka seperti Bambang Wuryanto yang akhirnya memberikan istilah 'celeng' pada Ganjar Pranowo dan pendukungnya.
Siapa pelaku negative campaignnya? Untuk saat ini yang terlihat didepan mata adalah Bambang Wuryanto, seorang politisi wakil. Bagaimana kredibilitas Bambang sebagai pelaku kampanye? Dilihat dari keempat aspek yaitu; keterpercayaan, keahlian, daya tarik dan factor pendukung lainnya, kalau menurut opini saya secara sekilas melihat sosok Bambang Wuryanto ini dapat kita temukan bahwa beliau memanglah sosok yang berpendidikan dilihat dari gelarnya Ir. Bambang Wuryanto M.B.A dengan suara 117.035 suara (dilihat dari profil Wikipedia).Â
Namun, kita perlu melihat unsur politik lainnya yaitu attentive public atau public perhatian terutama dalam 'tipologi' masyarakat umum di Indonesia. Masyarakat umum di Indonesia memliki sifat yang hanya mau menerima informasi politik selintas dari orang-orang yang terlihat mumpuni atau disenangi oleh mereka layaknya influencer.Â
Sehingga kalau kita letakan Bambang Wuryanto sebagai salah satu pelaku kampanye kubu PDI Perjuangan yang kontra Ganjar maka posisinya kurang kuat, beda hasil kalau yang ngomong Awkarin, Fadiljaidi atau RachelVenya, mungkin dapat membawa massa lebih dibanding membawa boomerang-nya. Jadi, apa hasil yang didapatkan dari kampanye ini?Â