Tawuran antar pelajar merupakan fenomena yang semakin marak terjadi di Indonesia, menciptakan keprihatinan di kalangan masyarakat dan pemerintah. Kasus tawuran ini tidak hanya merugikan individu yang terlibat, tetapi juga berdampak negatif pada lingkungan sosial dan citra pendidikan di Indonesia. Dalam konteks ini, penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai akhlak sebagai upaya pencegahan dan solusi terhadap masalah tawuran pelajar.
Penjabat Sementara Ketua Komisi Nasional Anak Lia Latifah mengatakan, kasus kekerasan pada anak sangat riskan terjadi. Bahkan, semakin tahun kasusnya kian bertambah. Data Komnas Anak menunjukkan, kekerasan anak pada 2023 meningkat dibandingkan pada 2022. (Kompas/30/01/2024)
Jumlah kasus kekerasan anak tahun 2023 mencapai 3.547 kasus. Dari jumlah itu, kekerasan seksual mencapai 1.915 kasus atau meningkat 54 persen dibanding tahun lalu. Selanjutnya, kekerasan fisik mencapai 985 kasus atau naik 27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara kekerasan psikis mencapai 674 kasus atau naik 19 persen.
Faktor dari terjadinya tawuran antar pelajar ini ada beberapa hal, diantaranya faktor psikologis (lemahnya kontrol diri, masalah pribadi, kritis identitas), faktor lingkungan (kurangnya pengawasan dari orang tua atau sekolah, lingkungan keluarga yang tidak sehat, dan pengaruh teman sebaya), faktor persaingan (persaingan dalam prestasi akademik, non-akademik, gengsi, dan ego), dan faktor provokasi.
Integrasi nilai-nilai akhlak dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi tawuran pelajar. Beberapa nilai akhlak yang perlu ditanamkan meliputi:
- Empati: Mengajarkan remaja untuk memahami perasaan orang lain dapat mengurangi tindakan kekerasan dan meningkatkan toleransi.
- Tanggung Jawab: Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompok dapat mengurangi perilaku agresif.
- Sikap Saling Menghargai: Mendorong sikap saling menghargai antar teman sebaya dapat meminimalisir rivalitas dan konflik.
- Kedisiplinan: Pendidikan tentang disiplin diri membantu remaja dalam mengendalikan emosi dan mengambil keputusan yang lebih baik.
Fenomena tawuran pelajar adalah masalah kompleks yang memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai akhlak dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif bagi remaja. Melalui pendidikan karakter yang baik, diharapkan generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. Upaya ini bukan hanya tanggung jawab sekolah atau orang tua, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan perubahan positif                Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI