Mohon tunggu...
Afifah Aulia Rahma
Afifah Aulia Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pelajar

Setiap insan adalah bintang kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Quran Ibnu Katsir Jember

9 April 2021   21:30 Diperbarui: 9 April 2021   21:37 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berjalannya waktu, umat muslim dewasa ini makin maju. Kita hari ini berbeda dengan kita dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu. Dahulu menghafal quran adalah hal yang asing buat masyarakat muslim di tengah perkotaaan. Menghafal al quran adalah hal yang sangat eksklusif maka pada umumnya menghafal quran hanya menjamur di pesantren-pesantren daerah yang jauh dari perkotaan. Alhamdulillah, berkat taufik Allah aktivitas menghafal Al quran menjadi inklusif tidak lagi dibatasi dengan sekat tembok pondok pesantren pedesaan.

Tidak lagi hanya yang berlabel santri, para citivitas kampus seperti dosen dan mahasiswa, aktivis islam  di masjid-masjid perumahan serta perkantoran turut meramaikan gelombang dahsyat ini, berlomba-lomba dalam kebaikan. Disaat yang bersamaan, bukan hanya kebenaran dan kebaikan yang ikut berlomba-lomba di kontestasi alam serba terbuka seperti sekarang ini. Yang sering kita sebut era globalisasi , nyatanya juga memberi kesempatan yang sama untuk kebukurukan dan kebathilan untuk bersaing. Mengikis norma-norma ajaran agama serta adat kesantunan sedikit demi sedikit hingga tak bersisa.

Orang-orang terdidik tak mampu lagi membedakan mana yang baik dan buruk. Orang-orang yang taat tak mudah lagi memisahkan antara yang benar dan bathil. Kita makin kesusahan untuk menempatkan mana yang prioritas dan prinsip, dan mana yang bukan. Derasnya arus informasi serta perang pemikiran yang menjadikan kita lemah pikir dan hati. Kelemahan itu pun menyusup ke dalam dunia menghafal quran. Kita memang giat menghafal quran, tapi kita juga makin jauh dari inti pesan tuhan.

Lalu bagaimana dengan Pondok Pesantren Tahfidz Ibnu Katsir Jember mengantisipasi  lemahnya pikir dan hati para santri agar mengahafal quran tak hanya sekedar di lisan saja ?

Ketika saya bertanya kepada  seorang mahasantri terbaik tahun 2019 bernama Ustazah Miftahul Jannah asal Probolinggo beliau mengatakan bahwa beliau merasakan perubahan yang jauh lebih baik dalam menjalani kehidupan meski tak dapat dipungkiri jika masih melakukan berbagai kekhilafan namun, dari pendidikan karakter inilah pembinaan budi dan akhlak sangat diperhatikan. Seperti mutabaah amal yaumiyah yang di dalamnya berisi evaluasi ibadah , sholat jamaah 5 waktu, sholat dhuha, sholat tahajjud, dan infaq yang akan ada evaluasi karakter setiap semesternya .Sehingga di harapkan santri mampu mengintropeksi dirinya agar mampu jauh lebih baik daripada hari kemarin.

Pendidikan karakter itu tak sekedar diajar tapi juga dibina karena Karakter membutuhkan peran guru sebagai pendidik, bukan sekedar pengajar atau pelatih. Proses pembentukan karakter hingga terimplementasi secara spontan, membutuhkan setidaknya 3 hal: berkelanjutan, bersambung dan menyeluruh dengan tahapan knowing the good, feeling the good, doing the good. Adapun 10 pilar karakter yang dibangun adalah Aqidah yang bersih, Ibadah yang benar, berakhlak mulia,kekuatan jasmani, intelek dalam berfikir. berjuang melawan hawa nafsu, pandai menjaga waktu,teratur dalam suatu urusan,mandiri dan bermanfaat bagi orang lain. Sehingga harapan kedepannya lulusan Ibnu Katsir mampu mengamalkan nilai-nilai al quran dalam kehidupan keseharian  sepanjang hidupnya tak sekedar saat menjadi santri saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun