Mohon tunggu...
Afifah NurKhairunnisa
Afifah NurKhairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - aku hanyalah dan Allah adalah

berkarya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kajian Semiotika Saussure dalam Al Quran dan Tafsir

29 Juni 2021   11:53 Diperbarui: 29 Juni 2021   13:23 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori semiotika itu identik dengan tanda yang mana ketika kita akan berkomunikasi, mengekspresikan sesuatu, atau memaknai sesuatu selain menggunakan bahasa lisan kita dapat menggunakan tanda. Sebuah kata, gerak-gerik seseorang, raut wajah, makna lagu, semuanya itu tanda.  Tanda membutuhkan konsep yang sama agar tidak terjadi salah pengertian.

Salah satu teori semiotika, yaitu teori Ferdinand De Saussure yang medefinisikan tanda sebagai dari kehidupan sosial ini merupakan sebuah relasi antara sistem tanda dan sistem sosial yang saling berkaitan. Saussure berbicara mengenai penggunaan tanda secara sosial yaitu pemilihan kombinasi tanda-tanda dengan cara tertentu sehingga memiliki makna dan nilai sosial.

Tanda menurut Saussure memiliki yaitu penanda dan petanda (ide). Penanda adalah apa yang dibaca dan apa  yang didengar dan apa yang didengar, sedangkan petanda adalah apa yang ditangkap pikiran, maknanya atau konsepnya. Saussure memaknai objek sebagai tambahan dalam proses penandaan dan bahasa adalah suatu sistem tanda.

Prinsip linguistik Saussure yaitu bahasa adalah suatu sistem tanda. Suara atau bunyi dari manusia, hewan, musik, dan murottal dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa apabila suara atau bunyi tersebut untuk mengekspresikan, menampilkan ide-ide dan mendefinisikan sesuatu.

Pengkajian teori semiotika Saussure dalam al-Quran dan tafsir yaitu mengenai syair atau balaghah yang tertera dalam al-Quran.  Didalam al-Quran menjelaskan tanda-tanda atau ciri-ciri orang yang beriman dan orang yang musyrik, kafir dan fasiq. Selain itu ada tanda kebesaran Allah, tanda kebahagiaan penghuni surga dan gambaran keindahannya begitu juga dengan gambaran siksaan neraka serta tanda-tanda orang yang akan masuk neraka. Semuanya dijelaskan menggunakan bahaa yang menciptakan suasana dan imajinasi kepada pembacanya sehingga dapat menyimpulkan makna-makna yang beragam.

Al-Quran dalam fungsinya sebagai media komunikasi antara  Tuhan dan hamba-Nya, kalamullah adalah sarana petunjuk yang mengajak manusia agar bisa menjalankan perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya demi tercapainya kebahagiaan dunia dan akherat.

Bahasa yang digunakan al-Quran sangat tinggi dan begitu indah dari susunan kata-katanya sehingga pada saat itu  para ahli penyair Arab pun tidak bisa meniru dan menandingi keindahan balaghahnya. Inilah yang membuat para pendengar dan pembaca langsung bisa tertarik, terbujuk, tersentuh dan luluh dalam suasana imajinasinya. Sehingga bahasa yang terdapat dalam al-Quran dapat memotivasi dan mendorong pembaca dan pendengar dalam berupaya mendapatkan apa yang diinginkan baik dari segi positifnya atau negatifnya. Sebagai contoh dalam QS. Az-Zumar - 39:71 dan QS. Az-Zumar - 39:73
وَسِيقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًاۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا فُتِحَتۡ أَبۡوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمۡ خَزَنَتُهَآ أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ رُسُلٌ مِّنكُمۡ يَتۡلُونَ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِ رَبِّكُمۡ وَيُنذِرُونَكُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هَٰذَاۚ قَالُواْ بَلَىٰ وَلَٰكِنۡ حَقَّتۡ كَلِمَةُ ٱلۡعَذَابِ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ

"Orang-orang yang kafir digiring ke neraka Jahanam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (neraka) pintu-pintunya dibukakan dan penjaga-penjaga berkata kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan (dengan) harimu ini?" Mereka menjawab, "Benar, ada," tetapi ketetapan azab pasti berlaku terhadap orang-orang kafir."

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ زُمَرًاۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا وَفُتِحَتۡ أَبۡوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمۡ خَزَنَتُهَا سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡ طِبۡتُمۡ فَٱدۡخُلُوهَا خَٰلِدِينَ

"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya."

Bahwa menurut Tafsir Jalalayn, (Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa) dengan lemah lembut (ke dalam surga berombong-rombongan pula, sehingga apabila mereka sampai ke surga itu pintu-pintunya telah dibuka) huruf Wau dalam ayat ini menunjukkan makna Hal dengan diperkirakan adanya lafal Qad sesudahnya (dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan atas kalian, berbahagialah kalian) lafal Thibtum menjadi Hal (maka masukilah surga ini, sedangkan kalian kekal di dalamnya") telah ditetapkan untuk menjadi penghuni yang abadi di dalamnya. Jawab lafal Idzaa diperkirakan keberadaannya, yakni lalu mereka memasukinya. Dan dibawanya orang-orang yang bertakwa ke dalam surga serta dibukakannya pintu-pintu surga sebelum mereka datang, hal ini sebagai penghormatan buat mereka. Sedangkan digiringnya orang-orang kafir serta dibukakannya pintu-pintu neraka Jahanam sewaktu mereka datang dimaksud sebagai hinaan buat mereka agar panas neraka Jahanam itu dapat dirasakan oleh mereka sebelum memasukinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun