Jurnal refleksi ini saya tulis setelah saya mengikuti dan mempelajari modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam menulis jurnal, saya menggunakan model 4F, yakni Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan).
PERISTIWA
Dalam modul 1.2 saya diharuskan membuat trapesium usia dengan menceritakan peristiwa positif dan peristiwa negatif yang telah dialami serta merefleksikannya. Mengemukakan mengenai nilai dan peran guru penggerak menurut kita sendiri. Berikut diagram trapesium usia milik saya.
Sebelum manusia tergerak, kita harus mempelajari terlebih dahulu mengenai cara kerja otak yaitu dengan berpikir cepat dan lambat yang diibaratkan seperti eskalator. Keduanya memiliki tempat dan tugas masing-masing di dalam otak kita. Berpikir cepat dan berpikir lambat sama-sama dibutuhkan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Manusia dapat berpikir cepat ketika dalam situasi yang mengharuskan berpikir cepat atau refleks. Namun, penggunaan berpikir lambat juga bisa kita pelajari dalam mengambil alih kendali kita. Jadi, untungnya cara kerja otak kita tidaklah statis tetapi elastis, sehingga otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar secara terus menerus. Saya mempelajari mengenai lima kebutuhan dasar manusia diantaranya kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan dan penguasaan, serta kebebasan. Saya juga mempelajari mengenai tahap tumbuh kembang anak menurut Ki Hajar Dewantara yaitu Wiraga (0-8th), Wiraga-Wirama (9-16th), dan Wirama (17-24th). Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson yaitu terdapat 6 tahapan.
Dari apa yang sudah dipelajari mengenai cara kerja otak, kebutuhan dasar, dan beberapa tahapan perkembangan anak dapat membuat manusia tergerak. Setelah tergerak, kemudian bagaimana manusia merdeka bergerak? Manusia merdeka itu sendiri adalah manusia yang tidak terperintah dan mampu menentukan pilihannya sendiri. Saya mempelajari mengenai teori pilihan bahwa perilaku merupakan buah dari pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Selain itu adanya motivasi instrinsik dari dalam diri yang kuat untuk melakukan perubahan dalam dirinya. Sebagai pendidik selain menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri untuk dirinya sendiri, harus juga menumbuhkan motivasi interinsik dari murid dengan fokus menyediakan suasana pembelajaran yang membangkitkan motivasi intrinsik murid. Calon guru penggerak melalui pendidikan guru penggerak diharapkan dapat membawa perubahan pada ekosistemnya untuk itu guru penggerak harus memilki nilai-nilai guru penggerak diantaranya berpusat pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif.
Saya menuju ke ruang diskusi eksplorasi konsep, dimana saya dan teman-teman saling bertukar pendapat mengenai kegiatan-kegiatan yang menunjukkan nilai-nilai guru penggerak di sekolah. Dilanjutkan dengan ruang kolaborasi modul 1.2 dan bertemu dengan fasilitator untuk memnatapkan materi yang telah dipelajari, kemudian tugas diskusi mandiri membuat satu kegiatan yang menunjukkan nilai-nilai guru penggerak kemudian mempresentasikannya.
Membuat demonstrasi kontekstual membayangkan jika saya sudah menjadi guru penggerak selama 3 tahun. Kemudian elaborasi pemahaman oleh instruktur dari Lampung yaitu Ibu Riyanti, S.Pd.M.M., yang selanjutnya mengirim tugas komeksi antar materi.
PERASAAN
 Perasaan saya setelah mempelajari modul 1.2 ini masih sama dengan modul 1.1 yaitu sangat bahagia dan bersyukur. Mempelajari modul yang ada dalam pendidikan guru penggerak ini mengubah paradigma saya yang lama tentang pengajaran, pembelajaran, dan pendidikan. Mengikuti pendidikan guru penggerak ini banyak sekali ilmu yang saya dapatkan semoga saya dapat memaknai pengalaman yang saya dapatkan ini untuk merefleksi diri saya untuk terus meningkatkan kompetensi diri dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid demi terwujudnya merdeka belajar dan profil pelajar pancasila.
Selama dua minggu mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, saya merasa termotivasi, tertantang, dan khawatir apabila tidak selesai dalam menyelesaikan due date yang menjadi tanggungan saya. Selain itu, saya juga mulai merasakan ritme nya dari kegiatan guru penggerak ini, sehingga pikiran saya mulai tenang karena ternyata setelah dilihat ritmenya, saya bisa mencuri waktu untuk melakukan kegiatan lain yang saya suka seperti menonton film, dll. Saya juga masih merasa minder karena melihat teman-teman calon guru penggerak yang hebat-hebat. Tentu semua teraa campur aduk tetapi insyaalloh dengan tekad yang kuat, saya bisa menyelesaikan Program guru Penggerak ini. Tantangan bagi saya yaitu berkolaborasi dengan teman sejawat mengingat semua teman juga memiliki tugas masing-masing sehingga bagaimana cara saya agar bisa berkolaborasi dengan yang lain.
PEMBELAJARAN