Bila kau ingin belajar menulis puisi tentang senja. Belajarlah pada uda Zaldy Chan. Senjanya begitu tabah hingga ia membiarkan keindahannya memperalatnya berulang kali. Ia tahu tapi menikmatinya sehingga yang terdengar hanya kata-kata yang selalu diajarkan hatinya berulang kali. "Kan kubiarkan senja menipuku. Tanpa batas waktu dan tanpa adanya kamu."Â
Bila kau ingin belajar menulis puisi tentang kehilangan. Belajarlah pada mas Syahrul Chelsky. Kehilangannya begitu elegan hingga ia membiarkan tangan-tangan kerinduan tersebut yang membalaskan perihnya. Iya, suatu hari nanti pasti kau akan rindukan aku, meski selalu saja kamu tetap keras kepala menyangkalnya. Dan bila itu terjadi aku hanya bisa bilang "Selamat menikmati kehilangan aku." Sembari tersenyum. Gantian aku yang hilang.
Bila kau ingin belajar menulis puisi tentang demokrasi. Belajarlah pada Pak guru Arman Syarif. Demokrasinya begitu arif hingga ia membayangkan seandainya semua dinding-dinding kekuasaan bisa mendengar dan berbicara. Percayalah seyakin-seyakinnya "Pastilah negeri ini benar-benar akan adil dan makmur."
Dan bila kau ingin belajar menulis puisi tentang apapun belajarlah pada penyair favoritmu yang telah "Sukses". Maka semua jerih payah puisimu takkan menemui kata "Gagal".
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H