Mungkin terlatih
Sedari kecil tiba dewasa tiada selesai
Haruskah keliru jadi pemandu fasih
Tak adil jua bila hanya berujar damai
Masih teruskan
Rayuan udara keruh gombali hirup
Bukannya napas rangkul sejuk pikiran
Malah isap asap kotor knalpot; degup
Tahu-tahu saja
Rintih dan serapah memuai dikepala
Buah dari sengaja atau tak kuasa
Hingga tradisi 'cuma maaf'Â dipiara
Mungkin belum jenuh
Setelinga semata masih menanti jera
Tak cukupkah dampak sedu meriuh
Dalam nyanyian nostalgia pendusta
Masih saja dendangkan
Seusai senyum dan peluk lupakan luka
Tebar lagi tanam kembali akal-akalan
Di pekarangan yang subur maafnya
Tiba-tiba saja nanti
Sesak dan sesal hantui
Tapi nanti saat mata telinga mati
Apalagi hati muak dipaksa mengerti
Adalah mustahil hapus jejak noda
Namun di upacara menyambut pulang
Dimaafkan atau tidak bukan esensinya
Untuk tenang lagu maaf diputar ulang
Indonesia Bagian Selatan, 27/05/019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H