Aku benci pantai saat perasaanmu duduk santai, aku ingin deburan ombakmu berlari mengejar ketertinggalan rasamu yang mungkin kini kau berkata; Lebih baik cintaku pergi.
Aku benci santai saat riangmu menepi di bibir sunyi pantai, aku ingin kamu segera berhenti ratapi siluet kelam yang kini jadi angin sepoi-sepoi di bawah nyiur mati; Tak lagi melambai-lambai.
Aku benci pantai tapi lebih membenci diriku sendiri tak bisa bawa pulang kembali air matamu yang kini menjadi butiran pasir, aku ingin pinjamkan kedua bola mataku yang masih berwarna ini kepadamu yang tatapannya kini hitam putih.Â
Aku benci santai saat perasaanmu mulai hambar melihat lukisan pantai, aku ingin sembuhkan lukamu namun keburu lembayung senjamu kini telah berkebaya ungu; Semesta melihatmu indah namun kamu malah melihat yang indah dengan kedua bola mata merintih.
----
Indonesia Bagian Selatan, 26/05/19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H