Mohon tunggu...
AFIF NUR FAUZAN
AFIF NUR FAUZAN Mohon Tunggu... Lainnya - Profesi sebagai seorang pustakawan, community development, dan karyawan swasta di salah satu perusahaan daerah Jawa Tengah

Berminat dengan konten di bidang manufaktur, teknologi proses, agama, perbukuan, dan isu-isu yang berkembang saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ilmuwan dan Jalan Sunyi Pendidikan

23 November 2024   20:00 Diperbarui: 23 November 2024   22:54 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka.” 

(QS Ali ‘Imran [3]: 191)

Jalan ilmu merupakan jalan terjal dan sunyi jauh dari gegap-gempita. Terjal lantaran harus melewati tahap demi tahap yang runut dengan sabar dan tekun. Sunyi lantaran harus melakukannya di dalam ruang yang jauh dari keramaian yang akan memecah konsentrasi. Para penuntut ilmu sebaiknya mempunyai pembimbing yang akan mengarahkan sehingga terhindar dari penyimpangan yang tidak perlu yang bermuara pada pemborosan waktu, tenaga, dan biaya. Hal ini sesuai juga sesuai dengan nasihat Imam Al-Ghazali, “Langkah mulai terbaik bagi pencari kebenaran adalah meniru orang-orang terbaik, terpandai, serta terdalam ilmunya.”

Akibat minimnya visi para pemimpin Dunia Islam terhadap urgensi Ilmu Pengetahuan, maka Ilmu Pengetahuan tidak mendapat perhatian memadai; kurangnya dana merupakan salah satu bentuk konkretnya. Pada saat seperti ini, para penuntut ilmu mempunyai peluang untuk menjadi agen perubahan menuju perbaikan dan kebangkitan umat karena kebangkitan memang mensyaratkan Ilmu Pengetahuan selain iman.

“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan padamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan bila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 

(QS Al-Mujadilah [58]: 11)

Kondisi penuntut ilmu telah direkam dengan baik oleh Ismail Al-Faruqi. Al-Faruqi memberikan contoh seorang dosen universitas Negara berkembang bergelar professor yang meraih gelar doktor di negara Barat. Dia mendapatkan pendidikan di sana dan lulus dengan nilai dan prestasi sedang, menuntut ilmu dengan motivasi rendah, dan mendapatkan semua ilmu yang diperoleh di sana. Dia merasa cukup puas untuk lulus, mendapat gelar, kembali ke negeri asalnya, dan mendapat posisi penting serta menguntungkan. Buku-buku yang dibacanya ketika masih kuliah adalah puncak pengetahuannya, karena kini dia tidak memiliki waktu, tenaga, dan motivasi untuk mendobrak batas pengetahuan yang dimilikinya.

Singkatnya, Tidak ada jalan pintas bagi penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ilmu Pengetahuan, yang menyebabkan Barat begitu digdaya, telah dibangun sejak enam abad silam. Jepang pada zaman Restorasi Meiji, tepatnya sejak 1860-an, 1.000 pelajar terbaik dikirim ke luar negeri dan 299 guru asing didatangkan ke Jepang. Kajian sistematik atas sains dan teknologi Barat dilakukan dan 86 guru sains asing diundang dalam kurun waktu 1860-1890. Pada 1871 dibangun lembaga riset, pada 1877 University of Tokyo didirikan, dan dua tahun kemudian berdiri Imperial Academy of Science. Pada 1904, hasil kerja ilmiah pertama mereka muncul, yaitu model atom Saturnus dari Kelompok Nagaoka. Pada 1971 didirikan Institute of Physical and Chemical Research. Bangunan dan tradisi ilmu Jepang telah dirintis sekitar satu setengah abad silam.

Bagi bangsa Indonesia, semoga bisa segera berbenah. Harapannya dengan dibaginya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi 3 bagian, yaitu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah; Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi; dan Kementerian Kebudayaan di susunan kabinet merah putih bisa menjadi salah satu alternatif solusi atas penyelesaian masalah tersebut. Kita nantikan saja terobosan dari pemerintahan era Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. 

Referensi:

Purwanto, Agus, 2015, “Ayat-ayat Semesta: Sisi-sisi Al-Quran Yang Terlupakan”, Penerbit Mizan, PT. Mizan Pustaka, Anggota IKAPI, Jln. Cinambo No. 135 Ujungberung, Bandung, Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun