Solusi Alternatif bagi Orangtua
Sesungguhnya, banyak cara yang dapat dilakukan untuk meredakan anak yang sedang rewel atau tantrum. Memang butuh lebih banyak usaha, tenaga, waktu, kesabaran, juga ketelatenan ---namun tak akan rugi jika dipraktikkan, sebab hal tersebut membawa dampak besar bagi tumbuh kembang ananda tercinta.
Pertama: ketika anak mulai rewel, cobalah menahan diri untuk tidak buru-buru memberikan gawai. Beri ruang dan waktu beberapa saat bagi mereka untuk merasakan emosinya. Anak yang rewel sesungguhnya hanya ingin mendapatkan perhatian atau obyek yang mereka inginkan. Beri kesempatan mereka untuk sejenak mengekspresikan hal tersebut. Namun, jangan dibiarkan terlalu lama tenggelam dalam lautan emosi, ya~
Kemudian, ajak mereka berdialog tanpa tendensi. Tak perlu membentak atau balik memarahi anak, sebab hal tersebut justru dapat beresiko mematikan sel-sel otak mereka. Ketika berdialog, ajarkan anak untuk memvalidasi emosinya seperti, "Adik kenapa? Marah karena ditinggal ayah bekerja, ya?" atau "Kenapa adik menangis? Sepertinya sedang sedih karena mainannya rusak, kan?".
Kedua: Orangtua dapat mengalihkan perhatian mereka dengan rangsangan sensori yang sekiranya disukai anak. Rangsangan sensori yang dimaksud tentunya hal-hal yang melibatkan indera anak seperti pendengaran, pengelihatan, penciuman, hingga alat gerak tubuh.
Misalkan dalam rangsangan sensori auditori, orangtua dapat memperdengarkan musik yang menenangkan atau lagu yang menarik minat anak. Pada rangsangan sensori visual, orangtua dapat memberikan mainan favorit atau buku cerita dengan warna yang mencolok sehingga mengalihkan perhatiannya. Kemudian, pada rangsangan sensori taktil, orangtua dapat menawarkan kepada anak untuk dipeluk, dielus, atau digendong.
Orangtua juga dapat mengalihkan perhatian anak untuk melihat bintang, burung, pepohonan, dan obyek lainnya yang membuat anak mendongakkan kepala. Sebab, sebuah studi menunjukkan bahwa salah satu cara meredakan tangisan anak dan membuat mereka lebih tenang yakni bisa dengan cara sederhana tersebut.
Ketiga:Â Ketika sudah berangsur tenang, diskusikan dengan anak terkait cara mengelola emosinya secara tepat. Misalnya seperti, "Adik boleh marah, tapi tidak perlu pukul kepala, ya. Nanti terasa sakit" atau "Menangis karena sedih itu sah-sah saja. Asalkan tidak perlu sampai membanting mainan, ya. Menangisnya boleh sambil minta dipeluk mama. Oke?". Adem sekali, bukan?
Menjadi orangtua bagi anak usia di bawah 5 tahun memang tidak mudah, butuh banyak stok ke-telaten-an, ke-sabar-an, ke-maklum-an, dan tentu saja ke-waras-an. Praktik di atas pun tidak semudah teorinya, tergantung pada kondisi dan situasi masing-masing. Namun, bukan berarti hal tersebut mustahil untuk dilakukan dan diusahakan. Percayalah bahwa buah dari tindakan baik tersebut akan manis di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H