Gaya hidup minimalis (minimalist lifestyle atau simplistic living) bukanlah sebuah konsep baru yang kini sedang booming beberapa tahun terakhir. Sejak zaman Rasulullah SAW, gaya hidup ini dikenal dengan istilah zuhud (tidak hidup bermewah-mewahan).Â
Umat Buddha dalam catatan sejarah juga cenderung menghindari penyimpanan harta benda yang berlebihan yang dikenal dengan istilah shun material possessions.Â
Namun, praktik gaya hidup tersebut belum menjadi tren selama ribuan tahun hingga pada abad ke-20 ---dilansir dari New York Times, gerakan minimalis mulai bermunculan dan diawali dari dunia seni.
Gaya hidup minimalis sendiri dapat didefinisikan sebagai memiliki dan memakai segala sesuatu berdasarkan nilai kegunaannya.Â
Apabila terdapat suatu barang yang dirasa tidak akan terpakai dalam jangka waktu yang lama, maka barang tersebut akan lebih baik "disingkirkan".Â
Gaya hidup minimalis juga membicarakan tentang pengaturan antara keinginan dan kebutuhan agar individu terhindar dari perilaku konsumtif.Â
Meskipun ini adalah life-changing bagi perseorangan, justru hal kecil tersebut dapat berdampak besar bagi kelangsungan hidup anak-cucu kita di masa mendatang (hah? Kita?!).
Di samping itu, melemahnya aktivitas perekonomian di berbagai negara maju seperti China, Amerika Serikat, maupun negara-negara di Eropa diyakini membawa ancaman resesi bagi seluruh dunia di tahun 2023.Â
Dikutip dari Kompas, Kristalina Georgieva selaku Direktur Dana Moneter Indonesia (IMF) memperkirakan bahwa kondisi perekonomian dunia akan mengalami penurunan hingga sepertiganya.Â
Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk memulai gaya hidup minimalis dari sekarang sebagai tindakan preventif dalam skala kecil apabila resesi ekonomi berdampak bagi Indonesia.