Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengapa Orang yang Sudah Menikah Justru Tidak Menyarankan untuk Segera Menikah?

29 Desember 2022   20:32 Diperbarui: 29 Desember 2022   20:43 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menikah. Sumber: Ekrut

Ketidakselarasan tidak hanya soal visi, misi, dan tujuan menikah. Akan tetapi juga mengenai pola pikir, gaya hidup, dan kesediaan untuk memantaskan diri masing-masing bagi pasangannya. Itulah mengapa dalam agama Islam, Rasulullah SAW menganjurkan untuk menikah apabila telah menemukan calon pasangan yang sekufu (kafa'ah).

Dilansir dari NU Online, sekufu merupakan persamaan derajat atau kesepadanan antara calon suami dan istri yang berniat untuk membina rumah tangga. Harapannya, dengan adanya konsep sekufu tersebut rumah tangga akan lebih harmonis dan ideal hingga akhir hayat. Imam Nawawi juga turut menjelaskan tolak ukur pasangan yang dianggap sekufu, yakni berdasarkan nasab (keturunan), keilmuan, ke-shalih-an, kredibilitas, dan juga status merdeka ---maksudnya, bukan budak. Tidak relevan di zaman sekarang.

Adapun menyoal misinformasi dalam rumah tangga, hal tersebut tentu erat kaitannya dengan seni berkomunikasi dengan pasangan. Saya pribadi kebetulan sudah menikah di usia 24 tahun, tidak tergolong muda banget, sih, untuk menikah. Dalam usia pernikahan yang baru menginjak 2 tahun (dan semoga hingga maut memisahkan, aamiin) terkadang kami mengalami pertengkaran kecil akibat dari kesalahpahaman.

Kesalahpahaman seringkali dipicu oleh gaya bahasa, suku budaya (saya Jawa tulen, beliau Banjar tulen), adat istiadat, dan juga tingkat kelelahan. Oleh sebab itu, tidak heran banyak yang mengatakan bahwa salah satu pilar dalam rumah tangga adalah komunikasi yang baik. Disusul oleh keadaan finansial yang settle, mental yang stable, dan juga seksual yang wleowleowleo (ini, sih, nggak perlu dijelasi juga pada ngerti).

Lantas, bagaimana sebaiknya? Keputusan untuk menikah tentu kembali pada individu masing-masing. Tak perlu takut berlebihan, pun jangan asal memutuskan dalam menjalin hubungan sakral tersebut.  Pilihan kapan, bagaimana, dan dengan siapa tentu sangat bisa dipertimbangkan dengan matang tanpa harus mendapat intervensi dari orang lain. Apalagi dari stigma yang kita dengar dari masyarakat sekitar. Sebagai bantuan pertimbangan, Kompasianer bisa membaca artikel selengkapnya mengenai keputusan menikah atau tidak pada tulisan berikut.

Akhir kata, menikah memang tidak senikmat itu, tapi juga tidak seburuk "itu", kok. Bagi yang belum menikah, selamat menyelami pilihan masing-masing dengan sebaik mungkin. Semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun