Dan tadi pas lagi family time, Bapakku tetiba nyeletuk seperti ini "... ya kalau semuanya baik, pilih yg paling banyak kebaikannya lah. Kalau semuanya buruk, pilih ae yg paling sedikit keburukannya. Gampang tho" "Lha iya, pak. Baik-buruknya itu lho tau darimana? Level aku ini masih susah untuk memahami" "Kan Adek sudah baca berita, sudah nonton debat juga. Adek bisa menyimpulkan sendiri. Tinggal ngikut kata hati, nggak usah ngikut yg lain..."
Setelah Bapak berkata demikian, saya jadi merenung agak panjang (tapi nggak sambil muter lagu galau) dan tetiba mendapat sebuah kecenderungan. Meski belum pasti milih yang itu sih, belum terlalu merasa impressed.
Tapi, bagaimanapun, jikalau pilihan saya kelak menang atau kalah, setidaknya saya bisa memberi setitik kontribusi tanpa harus bersikap fanatik.
Karena, gimana ya, saya merasa tidak tahu diri (wuih) jika tidak ngaps ngaps alias melakukan sesuatu untuk negara yang sudah saya tempati selama 21+ tahun terakhir. Heuheu.
Minimal ya nyoblos 5 tahun sekali itu, tapi jangan sampai asal nyoblos ya. Dan juga cukup menjaga stabilitas negara dengan cara nggak ikut mempermasalahkan siapa yang terpilih lalu menjelekkan kubu lain yang pada akhirnya selalu memantik keributan. In the end, siapapun pemenangnya mungkin memang itu yang terbaik meski tak sempurna adanya. Ujutes kadit?
Terlepas dari konspirasi film dokumenter "Sexy Killers" yang kini sedang hangat untuk diperbincangkan, atau berbagai isu hoax yang pada akhirnya hanya bertujuan untuk menjatuhkan salah satu calon, saya harap orang-orang di luar sana yang ilmunya lebih banyak itu bisa segera berhenti untuk saling menyerang, saling menyindir, menipu, atau berkata yang tidak sepantasnya untuk dikatakan. Terkadang saya membayangkan bagaimana rasanya jika saya menjadi anak salah satu elit politik yang "bermasalah" karena menjelekkan lawannya. Menjelekkannya di depan khalayak umum pula. Naudzubillah. Malu atuh!
Kalau memang bangga dengan pilihannya, cukup bicarakan kebaikan. Atau jika inginnya negara ini berkah, coba dimulai dari diri sendiri dengan meneladani hadits riwayat Bukhari yang satu ini: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata yang baik atau diam (jika dalam kebenaran)".
Sekian ya, semoga ada manfaat yg bisa diambil dari celotehan tengah malam ini. Intinya, tuh: Jangan lupa nyoblos (sesuai dengan hati nurani) tangal 17 April!
Malang, 16 April 2019
Afif Auliya Nurani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI