Kekerasan psikis merupakan suatu tindakan “penyiksaan kepada jiwa” yang berpengaruh besar pada berbagai aspek perkembangan manusia, terutama bagi perkembangan sosial dan emosional. Kekerasan psikis meliputi perilaku-perilaku non-fisik namun sangat berakibat fatal, terutama bagi perkembangan psikis anak usia dini yang notabene masih dalam proses “pembangunan”.
Di negara kita, tidak terhitung banyaknya kasus kekerasan psikis yang dialami anak di lingkungan rumah maupun sekolahnya, namun hanya sedikit yang terekspos di media. Bahkan pada kacamata kelam dunia pendidikan, ada banyak kasus kekerasan psikis yang benar-benar parah namun sama sekali belum ada penanganan serius karena sepertinya masyarakat terlalu fokus pada kekerasan fisik saja. Padahal anak yang mengalami kekerasan psikis akan mengalami kemunduran dalam kesejahteraan hidup apabila tidak ditangani dengan sungguh-sungguh.
Walaupun dampak dari kekerasan psikis tidak terlihat secara langsung, akan tetapi hal tersebut bisa mempengaruhi kepribadian anak dalam jangka panjang. Dan tentu saja proses pemulihan dari dampak tersebut membutuhkan waktu yang tidak singkat dan butuh kesabaran ekstra. Untuk itu, mengetahui jenis-jenis kekerasan psikis pada anak sangatlah penting dengan harapan kita dapat mengidentifikasi atau bahkan menindaklanjuti kasus-kasus yang terjadi di lingkungan sekitar.
Dalam buku Domestic Psychological Violence: Voice of Youth (2008), Sinclair meng-klasifikasikan kekerasan psikis pada anak usia dini menjadi enam dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Ancaman dan terror
Jenis kekerasan psikis yang pertama ini sering tidak disadari oleh mayoritas orang tua. Salah satu bentuk ancaman kepada anak yang paling sederhana dan mungkin sering tidak sengaja dilakukan oleh orang tua yakni melalui kalimat “kalau tidak patuh nanti Ibu akan blablablabla lho”. Kalimat tersebut memang tidak terbilang kasar, namun jika sering dikatakan akan mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri pada anak. Sehingga kelak mereka akan merasa ragu ketika akan mengambil keputusan, alias tidak punya rasa inisiatif. Contoh lainnya yakni perilaku mengancam untuk membunuh atau melukai anak, mengatakan keburukan anak yang terjadi di masa lalu, mengancam untuk menyita atau merusak barang yang disenangi anak, dan sebagainya.
2. Verbal
Kekerasan psikis dalam bentuk verbal dilakukan melalui perkataan atau tulisan yang sifatnya menyakiti hati anak, contohnya seperti berkata kasar atau tidak pantas, memanggil mereka dengan sebutan yang tidak baik, membentak, mencaci maki, dan lain-lain. Kekerasan yang seperti ini akan menyebabkan anak menjadi “bandel” dan keras hatinya.
3. Pemaksaan
Pemaksaan dapat berupa menyuruh anak untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya atau melakukan tindakan yang tidak pantas seperti “memuaskan” birahi orangtuanya, menyuruhnya untuk memakan makanan binatang, dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan anak menjadi trauma atau frustasi karena dituntut untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya.
4. Emosi