Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenali Jenis Kekerasan Psikis pada Anak

3 Mei 2017   12:25 Diperbarui: 3 Mei 2017   12:33 5960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kekerasan psikis dalam bentuk emosi meliputi tindakan memarahi anak, menyangkal emosi yang mereka ungkapkan, tidak memberi perhatian yang sewajarnya, yang akan mengakibatkan terciptanya rasa takut dan was-was pada anak. apabila kekerasan ini sering dilakukan, anak akan sulit untuk mengontrol dan menampakkan emosinya secara normal. 

5. Kontrol

Biasanya kekerasan ini dilakukan oleh orangtua dengan gaya pengasuhan yang otoriter, yakni mengatur segala kebutuhan anak dengan mengacuhkan pendapat mereka. Contoh perilakunya yaitu membatasi keinginan anak, menghilangkan kesenangan mereka, merampas hak primary anak seperti waktu bermain maupun istirahat untuk menuruti ambisi orang tua, mengisolasi anak dari kegiatan sosial, dan sebagainya.

6. Penyalahgunaan dan pengabaian. 

Jenis kekerasan yang terakhir ini juga sering dilakukan orang tua tanpa sadar. Beberapa contoh perilaku penyalahgunaan dan pengabaian yaitu mendiskriminasi atau membeda-bedakan anak dengan anak yang lain, menyalahgunakan kepercayaan anak untuk kepentingan pribadi, merasa selalu benar, tidak mendengarkan dan tidak menanggapi ketika anak bercerita, tidak merawat anak dengan sewajarnya, dan lain-lain. 

Saya pribadi juga belum bisa memberi solusi yang tepat untuk menekan angka kekerasan psikis di bumi pertiwi yang semakin tahun justru semakin meningkat. Entah apa yang menjadi penyebabnya, apakah faktor teknologi kah? Faktor globalisasi kah? Faktor pendidikan kah? Hmm, ini lucu, sebab orang-orang ber-jas rapi di luar sana kini senantiasa menggalakkan pendidikan karakter dalam setiap pidatonya. Pendidikan karakter naon? Wong kita semua tahu bahwa masyarakat terdahulu lebih tawadhu’ bila dibandingkan dengan masyarakat masa kini.

 

Pendidikan karakter yang seharusnya mengutamakan pembentukan sikap di samping pengetahuan dan keterampilan malah justru dirusak dengan kekerasan-kekerasan yang entah pelakunya mikir opo. Jadi, saya hanya bisa menulis ini sambil berdoa, semoga pemerintah juga punya big attention terhadap kasus-kasus kekerasan psikis maupun fisik yang terjadi pada anak bangsa, tidak hanya dibicarakan di depan khalayak tanpa ada tindakan. Please deh. Karena bagaimanapun, masa depan negara ini ada di tangan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun