Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Momong Oh Momong

10 September 2016   15:25 Diperbarui: 10 September 2016   16:14 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Begitulah, momong merupakan salah satu bentuk paradoks yang ada dalam kehidupan. Setiap manusia memiliki hasrat tersebut namun ketika telah menggapainya belum tentu ia dapat mengolah hasrat tersebut dengan baik. Intinya adalah jangan jadikan momong sebagai profesi, tapi jadikanlah momong sebagai bentuk pengabdian dalam kehidupan. Niscaya akan lebih banyak sesuatu yang kita dapat dan jauh lebih berarti dari hal-hal yang bersifat duniawi.

4. Momong adalah mendidik, tapi mendidik belum tentu momong

Di tengah masyarakat banyak timbul pertanyaan : manakah yang lebih didahulukan, pendidikan atau pengasuhan? Jika dilihat dari pengertiannya secara global, pendidikan dan pengasuhan adalah dua hal yang berbeda. Namun pada hakikatnya, pendidikan include dalam ranah pengasuhan, terutama pendidikan karakter. Ketika mengasuh, secara tidak langsung anak akan melakukan imitasi terhadap perilaku dan tutur kata orangtuanya. Selain itu, dalam pengasuhan banyak terselip pengembangan kemampuan bahasa, kognitif, motorik dan aspek-aspek lain yang menunjang keilmuan seorang anak. 

5. Momong ibarat menanam

Jelas sekali bahwa buah yang akan dipetik dari “menanam momong” adalah anak yang kita asuh akan tumbuh dan berkembang sesuai hasil yang diinginkan. Sebagaimana dalam konsep pertanian, segala hasil panen akan tergantung pada proses perawatannya. Di samping itu, perilaku momong akan menjadikan anak merasa berhutang budi kepada “agen momong” dan akan berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat anak tersebut di masa mendatang. Contohnya saja, anak yang diasuh dengan baik di tangan orangtuanya akan berbeda dengan anak yang kurang asuhan (dalam tanda kutip, kurang kasih sayang). Anak yang “kurang momongan” akan cenderung cuek kepada lingkungan sekitarnya.

Dosen saya pernah bercerita, ada seorang anak yang berasal dari keturunan keluarga kaya raya. Semua kebutuhannya finansialnya selalu tercukupi baik gizi, pakaian, mainan, dan sebagainya. Bahkan sebelum dia mengatakan keinginannya, orangtua anak tersebut sudah membelikan produk terbaik dan keluaran terbaru. Apa yang terjadi? Ketika anak tersebut sudah dewasa dan bekerja, orangtuanya yang sudah renta diperlakukan sama seperti masa kecil anak tersebut.

Sebelum orangtuanya mengatakan keinginannya, anak tersebut sudah membelikan apapun yang dibutuhkan (secara laihiriah) oleh orangtuanya, termasuk mempekerjakan suster sebagaimana orangtuanya mempekerjakan baby sitter untuk anaknya di masa lalu.  Dari kisah singkat tersebut dapat kita ambil ibroh bahwa perhatian dan pengasuhan menjadi urgensi dalam kehidupan setiap anak karena akan berpengaruh besar pada kehidupan hingga akhir hayatnya.

Momong merupakan wujud implementasi hasanah dari hablu-minannas (hubungan antar manusia). Pekerjaan ini adalah suatu amanah dari Tuhan yang luar biasa dan tidak mudah untuk dijalani. Oleh karena itu, jadilah sebaik-baik “agen momong” karena masa depan bibit-bibit ahli surga ada di tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun