Mohon tunggu...
afida
afida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Gaya Bahasa Positif terhadap Emosional Remaja

15 November 2018   17:58 Diperbarui: 15 November 2018   18:23 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah tidak kamu merasa terkengkang dengan aturan orangtua?, atau pernah berbohong kepada orangtua melalui tindakanmu?. Jika pernah, kamu adalah orang yang beranggapan bahwa orangtuamu terlalu protektif dan tidak memberi keluasan kebebasan.

Kebanyakan remaja sering kali kedapatan melanggar peraturan orangtuanya misalnya jam malam, jadwal belajar dan lain-lain. Namun dari hal itu remaja mengakui dengan tindakan tersebut agar keadaan tidak menjadi kacau balau. Maklum, jika anak rindu lepas akan peraturan orangtua.

Persoalannya kita lebih sulit melarang atas tindakan mereka. Di usia remaja anak lebih menyukai kebebasan. Sedangkan menjaga anak agar selalu tetap selamat adalah bagian dari naluri orangtua. Bahkan orangtua tidak hanya melindungi mereka ketika menghadapi permasalahan yang besar, tetapi dari hal kecil serta membangun tanggung jawab yang seharusnya mereka atasi sendiri. Nah, disini gaya bahasa positif menjadi patokan penting terhadap emosional remaja.

Emosi memiliki arti suatu rangsangan baik positif maupun negatif dampak dari rangsangan ini berasal dari luar maupun dalam, sedangkan bahasa merupakan objek yang memberikan kecenderungan untuk bereaksi. Seperti hal nya sesuatu ada yang memiliki dampak positif dan negatif. Namun, perlu diingat sebagai orangtua harus selalu menerapkan positif parenting pada anak agar membentuk karakter anak di masa depan. Kepekaan terhadap emosi anak harus diketahui sejak dini sehingga saat mereka memasuki usia remaja orangtua bisa memberi masukan sekiranya apa yang dapat diterima baik oleh anak.

Dalam mengahdapi si remaja dapat menyerahkan kendali kepada anaknya akan tetapi tetap dalam kontrol. Sebagai orangtua melarang memang boleh, akan tetapi cara melarangnya jangan disamakan ketika mereka masih kecil. Bentuk pelarangannya pun harus menggunakan bahasa positif yang halus. Orangtua sebaiknya mengajak berpikir dengan anak mengapa ada hal yang harus dilarang dan hal yang diperbolehkan. Contoh yang umum seperti: anak berpacaran, sebagai orangtua harus memberi masukan dan tanyakan apa kira-kira yang akan terjadi di kemusian hari ketika hal itu dilakukan. Dengan mengajak anak berpikir lebih dalam akan membantunya dalam melakukan pertimbangan sebelum membuat keputusan. Ini akan membuat anak cerdas dalam beranalisa da tidak gegabah dalam pengambilan keputusan.

Ketika anak melakukan kesalahan orangtua harus mengkontrol intonasi. Tetap upayakan kontak mata dengan anak sembari meletakkan tangan di bahunya lalu beri nasehat. Dengan gestur ini anak akan merasa diperdulikan.Untuk mengendalikan emosi remaja sebaiknya dengan bahasa yang positif dan halus. Sebagai orangtua harus bisa menyikapi keadaan, menghindari hal yang memicu emosi. Meskipun pemicu kadang tidak bisa ditebak, disisi lain mereka kadang juga menjadi bijaksana dan sudah terbiasa dalam menghadapi masalah.

Bentuk bahasa yang diperlihatkan anak terhadap orangtua atau orang-orang disekitarnya akan menunjukkan betapa berharganya anak dimata orangtua. Kelak ia akan menjadi dewasa yang memiliki tutur kata yang dapat menghargai orang lain. Tingkat kecerdasan seseorang tidak menjamin terbentuknya karakter yang baik. Tidak dipungkiri bahwa menjadi dewasa harus mempunyai bekal bahasa yang santun dan dapat mengendalikan emosinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun