Mohon tunggu...
afidatunhasnahh
afidatunhasnahh Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

menyukai alam dengan cara terbaiknya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Formalitas - Menemukan Makna Disetiap Langkah

19 Desember 2024   01:05 Diperbarui: 19 Desember 2024   01:34 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
program kerja terlaksana

Pengabdian nyata sebuah formalitas yang wajib dilaksanakan oleh semua mahasiswa guna memperoleh gelar sarjana, tetapi siapapun yang dapat mendobrak makna sebuah pengabdian yang hanya ritual formal menjadi wadah kebermanfaatan adalah bentuk kesungguhan mahasiswa. Pengabdian yang tersusun rapi ini, seringkali terdengar menakutkan, karena tuntutan untuk melaksanakan tugas di tempat yang entah seperti apa dan dengan orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya; beda kepribadian, beda karakter, beda cara berfikir, dan masih banyak beda lainnya. Anggapan takut itu nyatanya tidaklah benar, pertemuan demi pertemuan menjadi perayaan yang indah untuk kami kenangkan.

Pertemuan yang berlanjut membawa segenggam harapan menjadi lautan kebahagiaan. Hidup bersama dalam naungan tuntutan tidak menjadikan rasa persaudaraan kami hilang, namun dengan formalitas tuntutan inilah yang mampu mengikatkan kami akan rasa kasih sayang. Tidak hanya singgah tetapi menetap, desa Kutayu yang menjadi bagian dari formalitas layaknya sebuah rumah memberikan kami rasa nyaman dengan beribu rasa kekeluargaan yang tumpah ruah. Pengabdian yang sarat akan perhatian ini menjadi ladang bagi kami untuk menuai segala macam pengalaman. Proses belajar makna hidup tidak serta merta lahir dari tulisan, melainkan pengalaman yang menjadi salah satu cara untuk memahami bahwa banyak hal seringkali terjadi diluar kemampuan kami, tetapi pada akhirnya hal itulah yang membawa kami kepada langkah hidup yang sejatinya. Begitulah cara pengabdian memerankan peran besar sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan nantinya. 

Siapa yang tidak menginginkan pengabdian akan terasa berkesan karena hanya beberapa hari bersama, seragam yang sama, topi yang sama, lanyard atau apapun yang sama, seperti halnya formalisasi kerja nyata mahasiswa. Tidak, kami hanya akan membawa formalitas dengan sederhana dan mengandung kebermanfaatan di dalamnya. Pengabdian mahasiswa sejatinya ilmu hidup yang kebermanfaatannya dirasakan oleh masyarakat, namun dari sudut pandang mahasiswa kebermanfaatan yang diserap kesetiap sendi kehidupan mampu melebihi kebermanfaatan yang coba kami tanamkan kepada masyarakat itu sendiri.

Tidak semua hal selalu berjalan tepat pada jalurnya, namun selalu ada jalan keluar yang diambil untuk tetap sampai pada tujuan yang diinginkannya. Pemberangkatan ke lokasi kerja mengalami hambatan, mulai dari sepeda motor hingga mobil pengangkut barang. Tidak ada yang perlu disalahkan, nyatanya hal inilah yang menjadi salah satu cara Tuhan untuk mempererat persaudaraan yang kami teguhkan untuk hari-hari kerja nyata kedepannya, karena akan ada banyak masalah yang kian hari kian menumpuk dan membutuhkan sikap persaudaraan guna mencari jalan keluar nantinya.

Perjalanan hidup selama 7/24 jam di desa orang terasa mudah karena kami hanya bertugas sowan ke perangkat maupun pembesar desa. Satu hal yang mesti kami lakukan dan membutuhkan jalan keluar yakni pencarian potensi desa, hal yang tidak serta merta terlihat namun memiliki andil besar dalam mempengaruhi desa secara berlanjut kearah yang lebih baik. Evaluasi demi evaluasi kami lakukan, dan selalu mengalami pasang surut semangat saat eksperimen program berjalan mundur. Seperti halnya udara segar, dosen pembimbing melakukan monitoring dengan arahan yang menjanjikan. Banyak program yang dirangkai layaknya sebuah canvas sketsa yang ambigu kemudian cat tumpah begitu saja diatasnya, seketika membuat lukisan abstrak yang menghasilkan nilai estetika tinggi yang akhirnya program kerjapun siap kami eksekusi.

Formalitas kami melaksanakan program kerja, tetapi segala kinerja selalu kami laksanakan dengan kebermanfaatan dan memiliki proses keberlanjutan, sebuah ungkapan lebih dari sekadar formalitas. Bagaimana program penghijauan, penyuluhan kenakalan remaja, wakaf al-Qur’an, kegiatan edukasi nonton bersama mampu menumbuhkan manfaat tidak hanya sehari tapi akan terasa selama hari-hari berganti. Dengan prosesi formalitas kinerja unggulan yang mendatangi sebagian rumah warga, menjadi ajang kesungguhan mahasiswa dalam membantu masyarakat maupun sebaliknya. Hal inilah yang disebut sebagai kebermanfaatan formal dengan sebutan silaturahim, dan silaturahim inilah yang akan diteguhkan sampai nanti saatnya kami kembali.

Sudut pandang dalam menghadapi segala macam tuntutan akan berbanding lurus dengan apa yang kita maksudkan, berbanding lurus dengan apa yang kita perhatikan serta berbanding lurus dengan apa yang kita usahakan. Bukan barang sia-sia jalan yang dinamakan formalitas menjadi sebuah kebermanfaatan yang akan dirasakan dalam setiap langkah kehidupan. Hal inilah yang selalu ditekankan sedari awal oleh pembimbing lapangan, bahwasanya mahasiswa dapat menciptakan terobosan dalam masyarakat yang mampu menciptakan manfaat dalam jangka panjang. Dengan fokus kinerja kami kepada pelaku usaha mikro desa, melalui pendaftaran akun legalitas bisnis serta pelatihan pemasaran yang dapat menjangkau pasar global diharapkan menjadi kebemanfaatan bersama yang akan menjadi langkah awal usaha-usaha mikro desa melanglang buana ke pelosok dunia.

Hasil yang sudah terlihat dan rasa syukur terpancar dalam diri kami maupun mereka bukan hanya formalitas semata melainkan lebih dari formalitas. Tiap rencana yang dirangkai, tiap usaha yang dikorbankan dan tiap sikap yang dipertimbangkan menjadi saksi bahwa kata formalitas saja tidak cukup untuk menyebut kinerja yang sampai detik ini masih terasa, satu kata lebih dari formalitas membuktikan bahwa anak baik-baik ini merupakan takdir serta anugerah yang Tuhan berikan untuk menciptakan pengabdian yang kebermanfaatannya sampai nanti, pada saatnya kami kembali ke desa yang pernah kami singgahi sebelumnya dan pada saatnya kami tidak dapat berjumpa lagi di desa yang pernah kami singgahi sebelumnya.

 Kinerja yang dibungkus formalitas ini mungkin akan terjadi seterusnya, tetapi persaudaraan yang dibangun selama itu bukan semata-mata sebuah formalitas semata. Jika kelak dipertemukan kembali, banyak harap untuk seperti kebersamaan ini dengan seribu kenangan yang memiliki banyak kebermanfaatan.

Oleh: Afidatun Hasnah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun