Lagu pertama yang diciptakan manusia, melansir dari buku berjudul The Book of Origin karya Trevor Homer, adalah Himne Suriah berjudul Hymn to Creation yang ditulis dalam bahasa Cuneiform diperkirakan sekitar 3.400-4.000 tahun silam. Tahun-tahun berikutnya, semakin berkembanglah jenis-jenis lagu yang ada hingga saat ini. Semakin lama, muncul pula lagu-lagu unik yang melakukan gebrakan-gebrakan baru di dunia musik. Seperti contohnya lagu terpanjang yang tercatat dalam Guinness Book of World Record berdurasi hingga lebih dari 48 jam berjudul Symphony of the Crown oleh Earthena. Atau lagu terpendek berdurasi 3 detik saja berjudul You Suffer yang dirilis pada 1987 oleh Napalm Death.
Dari waktu ke waktu, lagu terus saja disukai dan tidak habis ditelan zaman. Anak remaja, orang dewasa, sampai anak-anak pun pasti pernah mendengarkan lagu dalam berbagai macam aliran. Bahkan sering kali kita dengar di muka umum orang menggumamkan sebuah lagu. Lagu tidak pernah ketinggalan zaman, hanya menyesuaikan zaman.
Lagu memiliki banyak sekali jenis (seperti pop, jazz, rock, klasik, dan sebagainya) dan tema, mulai dari percintaan, kasih sayang, pengorbanan, jenaka, dan masih banyak lagi. Lagu dapat dibawakan dengan nada yang lembut, sedih, ceria, atau semangat tergantung kepada pencipta dan komposer lagu. Walau dibawakan dengan ceria sekalipun, lagu selalu memiliki makna yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu tersebut.
Kebanyakan lagu yang ceria dan semangat biasanya ada pada lagu kanak-kanak. Lirik lagu kanak-kanak pun umumnya sederhana dan mudah diingat. Tentu saja hal tersebut karena lagu ini diciptakan tentu untuk anak-anak. Seperti contohnya lagu Cicak di Dinding, Balonku, Bintang Kecil, Topi Saya Bundar, Burung Kakak Tua, Satu-satu, Naik Delman, Pelangi, Lihat Kebunku, Ninabobo, dan masih banyak lagi.
Namun dalam kesederhanaan lagu tersebut, nyatanya ada juga pelajaran hidup yang bisa diambil dari pemaknaan lirik lagu. Salah satu contohnya adalah pada lagu Cicak di Dinding ciptaan Abdullah Totong Mahmud atau yang biasa lebih dikenal dengan nama AT Mahmud berikut.
Cicak cicak di dinding
Diam-diam merayap
Datang seekor nyamuk
Hap! Lalu ditangkap.
Lagu tersebut memiliki lirik yang mudah diingat dan nada yang sederhana sehingga anak-anak akan mudah menyanyikannya. Dan lagu tersebut sekilas hanya menceritakan mengenai bagaimana cicak hidup.
Bagi anak-anak yang mendengarnya, tentulah lagu tersebut menyenangkan walau hanya menceritakan tentang seekor cicak. Seekor cicak yang merayap di dinding, lalu memakan nyamuk yang datang. Sederhana karena lagu ini hanya dianggap sebagai hiburan bagi anak-anak. Namun apabila kita maknai lebih jauh, maka akan timbul sisi religi dan kemanusiaan dalam lagu ini.
Pada "cicak cicak di dinding//diam-diam merayap" dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bergerak lambat dalam situasi yang tidak mudah (dinding vertikal), namun tidak terus diam ditempat. Hal ini dapat diasosiasikan sebagai seorang yang walau lambat namun ia terus bergerak dan berusaha menghadapi rintangan berat yang menghalangi. Singkatnya, bekerja keras.
Lalu pada "datang seekor nyamuk//hap! Lalu ditangkap" dapat dimaknai sebagai walaupun cicak bergerak diam-diam, nyamuk--yang merupakan makanannya--akan tetap datang menghampiri. Yang dapat berarti selambat apapun manusia bergerak, sesuatu yang baik akan tetap datang menghampiri jika saatnya telah tiba. Singkatnya, hal yang baik akan selalu datang karena sudah diatur oleh
Yang Maha Kuasa.
Dapat disimpulkan dari keseluruhan lagu Cicak di Dinding ini memiliki pesan yang ingin disampaikan dan makna lain selain dari sekadar kisah cicak yang dapat dilihat dari sudut pandang yang lain. Cicak yang merepresentasikan manusia dan nyamuk sebagai rezeki. Cicak yang merayap diam-diam saja, nyamuk akan datang. Maka itu artinya rezeki akan selalu ada selama manusia hidup dan
bergerak. Tak perlulah manusia gila-gilaan mencari, atau gila-gilaan meratapi apa yang tidak dipunyai. Karena semua rezeki manusia itu selalu mengikuti selama manusia itu hidup dan mau berusaha.